Telegram Web
*حكم رش الماء على القبر بعد الدفن*

(وَيُنْدَبُ أَنْ يُرَشَّ الْقَبْرُ بِمَاءٍ)
لِفِعْلِهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - ذَلِكَ بِقَبْرِ وَلَدِهِ إبْرَاهِيمَ، وَلِمَا فِيهِ مِنْ التَّفَاؤُلِ بِالرَّحْمَةِ وَتَبْرِيدِ الْمَضْجَعِ لِلْمَيِّتِ وَحِفْظِ التُّرَابِ مِنْ تَنَاثُرِهِ، وَالْأَوْلَى أَنْ يَكُونَ طَهُورًا بَارِدًا.
*📚 [الرملي، شمس الدين ,نهاية المحتاج إلى شرح المنهاج ,۳/۳۵]*

Hukum Meratakan Air di Atas Kubur Setelah Pemakaman
(Disunnahkan untuk memercikkan air ke atas kubur)
Hal ini berdasarkan perbuatan Nabi ﷺ yang melakukannya pada kubur putranya,
Ibrahim.
Tindakan ini mengandung harapan akan rahmat, memberikan kesejukan pada tempat peristirahatan jenazah,
serta menjaga tanah agar tidak berserakan.
Sebaiknya air yang digunakan adalah air yang suci dan sejuk.
📚 [Syamsuddin ar-Ramli, Nihayah al-Muhtaj ila Syarh al-Minhaj,3/35]
‎المُناوي رحمه الله
‎المُناوي رحمه الله: قـال بـعـض الـعـارفـيـن: "مـا قَـلّ عـمـلٌ بَـرَز مـن قـلـبِ مـوفَّـقٍ زاهـدٍ ولا كَـثُـر عـمـلٌ بَـرَز مـن قـلـبِ غـافـلٍ لاهٍ وحـسـنُ الأعـمـال نـتـائـجُ حـسـنِ الأحـوال"
‎(فيض القدير ٥٢٦/٤)
‎الْمُنَاوي رحمه الله
berkata
Sebagian ahli makrifat mengatakan:
“Amal sedikit yang muncul dari hati seorang yang mendapat taufik dan zuhud tidak pernah dianggap sedikit,dan amal yang banyak yang keluar dari hati seorang yang lalai dan lalim tidak pernah dianggap banyak.Kebaikan amal adalah hasil dari kebaikan keadaan hati.”
(Faid al-Qadir,4/526)
يَنْبَغِي لِلْإِنْسَانِ أَنْ يَعْلَمَ أَنَّ أَعَزَّ الْأَشْيَاءِ شَيْئَانِ: قَلْبُهُ وَوَقْتُهُ، فَإِذَا أَهْمَلَ وَقْتَهُ وَضَيَّعَ قَلْبَهُ، ذَهَبَتْ مِنْهُ الْفَوَائِدُ.
📔 «بُسْتَانُ الْوَاعِظِينَ» لِلْإِمَامِ ابْنِ الْجَوْزِيّ (ص59)
Seseorang seharusnya menyadari bahwa hal paling berharga ada dua:
hatinya dan waktunya.
Jika ia menyia-nyiakan waktunya dan mengabaikan hatinya,
maka manfaat-manfaat (kehidupan)
akan hilang darinya.
📔 “Bustān al-Wā‘izhīn” karya Imam Ibn al-Jauzi (hlm.59)
.﷽
📜 حديث كل يوم
ان شاء الله
5 / 6 - جمادي الآخر/ 1446
الجمعة 6 / 12 / 2024

عن حارثةَ بنِ وهبٍ الخزاعيِّ رضيَ اللهُ عنه قال:
سمعتُ النبيَّ صلى الله عليه وسلم يقول:
(تصدَّقوا، فسيأتي عليكم زمانٌ يمشي الرجلُ بصدقتِه، فيقول الرجلُ: لو جئتَ بها بالأمسِ لقبلتُها منك، فأما اليومَ فلا حاجةَ لي فيها).
(رواه البخاري)

📜 Hadis Harian
Insya Allah
5/6 Jumadil Akhir 1446
Jumat, 6/12/2024
Dari Haritsah bin Wahb al-Khuza’i ra,
Beliau berkata:
Aku mendengar Nabi ﷺ bersabda:
“Bersedekahlah kalian! Sebab akan datang suatu masa,
seseorang membawa sedekahnya,
lalu orang lain berkata,
Seandainya kamu datang kemarin,
aku akan menerimanya.
Adapun hari ini,
aku tidak membutuhkannya.’”
(HR. Bukhari)
Hadis ini mengajarkan kita untuk bersegera dalam kebaikan,
khususnya bersedekah, sebelum kesempatan itu hilang.
قال شدادُ بنُ الهاد
جاء رجلٌ من الأعرابِ إلى النبيِّ ﷺ فآمن به واتبعه،
فقال: أهاجرُ معك؟
فأوصى به بعضَ أصحابِه، فلما كانت غزوةُ خيبرَ غنم رسولُ اللهِ ﷺ شيئًا فقسمه، وقسم للأعرابيِّ، فأعطى أصحابَه ما قسمه له، وكان يرعى ظهرَهم، فلما جاء دفعوه إليه،
فقال: ما هذا؟
قالوا: قسمٌ قسمه لك رسولُ اللهِ ﷺ.
فأخذه فجاء به إلى النبيِّ ﷺ فقال: ما هذا يا رسولَ اللهِ؟
قال ﷺ: قسمٌ قسمته لك.
قال: ما على هذا اتبعتُك، ولكن اتبعتُك على أن أُرمى هاهنا – وأشار إلى حلقِه – بسهمٍ، فأموتَ فأدخلَ الجنةَ.
فقال ﷺ: إنْ تصدقِ اللهَ يصدقْك.
ثم ذهب في غزوةٍ إلى قتالِ العدوِّ، فأتي به إلى النبيِّ ﷺ وهو مقتولٌ،
فقال ﷺ: أهو هو؟
قالوا: نعم.
قال ﷺ: صدق اللهَ فصدقَه.
فكفنه النبيُّ ﷺ في جبته، ثم قدمه فصلى عليه، وكان من دعائه له:
{اللهم هذا عبدُك خرج مهاجرًا في سبيلِك، قُتِل شهيدًا وأنا عليه شهيدٌ}.
📚 (رواه الإمام النسائي)
Dari Syaddad bin al-Had ra
Seorang laki-laki dari kalangan Arab Badui datang kepada Nabi ﷺ,
lalu ia beriman kepadanya dan mengikutinya.
Ia berkata,
“Aku akan berhijrah bersamamu.”
Maka Rasulullah ﷺ mewasiatkan kepada sebagian sahabatnya untuk menjaganya.
Ketika perang Khaibar, Rasulullah ﷺ mendapatkan harta rampasan perang,
lalu beliau membagikannya, termasuk untuk orang Badui tersebut.
Sahabat-sahabat Nabi ﷺ yang diberi tugas menjaganya pun memberikan bagian rampasan itu kepadanya, sedangkan ia sedang menggembalakan unta mereka.
Ketika ia datang,
mereka menyerahkan bagian tersebut kepadanya. Ia bertanya,
“Apa ini?”
Mereka menjawab,
“Ini adalah bagian yang Rasulullah ﷺ bagikan untukmu.”
Ia pun mengambilnya dan membawa bagian itu kepada Nabi ﷺ seraya berkata,
“Apa ini,
wahai Rasulullah?”
Rasulullah ﷺ menjawab,
“Ini adalah bagian yang kubagikan untukmu.”
Laki-laki itu berkata,
“Bukan untuk ini aku mengikutimu.
Tetapi aku mengikutimu agar aku dapat terkena panah di sini (sambil menunjuk lehernya),
lalu aku mati sehingga aku masuk surga.”
Rasulullah ﷺ bersabda, “Jika kamu benar-benar tulus kepada Allah,
maka Allah akan mengabulkan niatmu.”
Kemudian laki-laki itu ikut serta dalam perang melawan musuh,
dan akhirnya ia dibawa ke hadapan Nabi ﷺ dalam keadaan terbunuh.
Rasulullah ﷺ bertanya, “Apakah ini dia?”
Mereka menjawab,
“Ya.”
Maka Rasulullah ﷺ bersabda,
“Ia telah tulus kepada Allah, maka Allah pun mengabulkan niatnya.”
Lalu Rasulullah ﷺ mengafani laki-laki itu dengan jubah beliau sendiri, kemudian menyolatkannya. Dalam doa beliau,
beliau berkata:
“Ya Allah,
ini adalah hamba-Mu.
Ia keluar berhijrah di jalan-Mu,
ia terbunuh sebagai syahid, dan aku menjadi saksi atasnya.”
📚 (HR. An-Nasai)

Hadis ini mengajarkan tentang keikhlasan niat dalam berjihad di jalan Allah dan keyakinan bahwa Allah akan mengabulkan keinginan hamba-Nya yang tulus.
قال عروةُ بنُ مسعودٍ لقريشٍ عندما سألتْه عن الرسولِ وأصحابِه حين وجَّهتْه إلى رسولِ اللهِ ﷺ يومَ صُلحِ الحديبيةِ:
(أي قومٍ، واللهِ لقد وفدتُ على الملوكِ، ووفدتُ على قيصرَ وكسرى والنجاشيِّ، واللهِ ما رأيتُ ملكًا قط يعظِّمُه أصحابُه ما يعظِّمُ أصحابُ محمدٍ ﷺ محمدًا، واللهِ ما تنخَّم نخامةً إلا وقعتْ في كفِّ رجلٍ منهم، فدلَّك بها وجهَه وجلده، وإذا أمرَهم بأمرٍ ابتدروا أمرَه، وإذا توضَّأ كادوا يقتتلون على وضوئِه، وإذا تكلَّم خفضوا أصواتَهم عندَه، وما يُحِدُّون إليه النظرَ تعظيمًا له، وإنَّه قد عرض عليكم خطةَ رشدٍ فاقبلوها).
📚 (رواه البخاري)

Urwah bin Mas’ud berkata kepada kaum Quraisy ketika mereka bertanya kepadanya tentang Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya saat mereka mengutusnya menemui Rasulullah ﷺ pada peristiwa Hudaibiyah:
“Wahai kaumku!Demi Allah, aku telah mendatangi para raja; aku telah mendatangi Kaisar,Kisra,dan Najasyi. Demi Allah,aku belum pernah melihat seorang raja pun yang dihormati oleh pengikutnya sebagaimana para sahabat Muhammad ﷺ menghormati Muhammad.Demi Allah, beliau tidak pernah meludah kecuali jatuh ke tangan salah seorang dari mereka,lalu ia mengusapkan ludah itu ke wajah dan kulitnya.Jika beliau memerintahkan sesuatu,mereka segera melaksanakannya.Jika beliau berwudhu,mereka hampir saling berkelahi untuk mendapatkan air bekas wudhunya.Jika beliau berbicara,mereka merendahkan suara mereka di hadapannya,dan mereka tidak menatapnya langsung karena menghormatinya.
Sungguh,beliau telah menawarkan kepada kalian jalan yang benar,maka terimalah!”
📚 (HR. Bukhari)
لَا تَلْتَمِسٌ مِنْ مَسَاوِي النَّاسِ مَا سَتَرُوا َيَكْشِفَ اللَّهُ سِتَرًا مِنْ مَسَاوِيَكَا
وَاذْكُرْ مَحَاسِ مَا فِيهِمْ إِذَا ذُكِرُوا َلَا تَعِبْ أَحَدًا مِنْهُمْ بِمَا فِيكا وَاسْتَغْنِ بِاللَّهِ عَنْ كُلِّ فَإِنَّ بِهِ# غنى لِكُلِّ وَيْق ُ باللَّهِ يَكْفِيكا

“Janganlah engkau mencari-cari keburukan orang lain yang mereka sembunyikan,
sehingga Allah membuka aib yang tersembunyi dari keburukanmu.

Ingatlah kebaikan-kebaikan yang ada pada mereka jika mereka disebut,
dan janganlah mencela seseorang karena sesuatu yang juga ada pada dirimu.

Cukupkan dirimu hanya kepada Allah dalam segala kebutuhanmu,
karena bersama-Nya terdapat kecukupan bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya.

Bersandarlah kepada Allah, niscaya Dia akan mencukupkanmu.”

Makna:
Syair ini mengingatkan kita untuk tidak sibuk mencari atau membicarakan aib orang lain, karena setiap manusia memiliki kekurangan. Sebaliknya, fokuslah pada kebaikan orang lain dan perbaiki diri sendiri. Dalam segala urusan, jadikan Allah sebagai tempat bersandar, karena hanya Dia yang mampu mencukupkan kebutuhan kita.
“هناك من يتذمر لأن للورد شوكا، وهناك من يتفاءل لأن فوق الشوك وردة.”
– جبران خليل جبران
“Sebagian orang mengeluh karena mawar memiliki duri, sedangkan sebagian lainnya bersikap optimis karena di atas duri ada mawar.”
Kalimat ini adalah ungkapan tentang cara pandang hidup. Gibran mengingatkan kita bahwa segala sesuatu memiliki dua sisi. Pilihan ada di tangan kita: apakah fokus pada hal negatif (duri) atau hal positif (keindahan mawar).
قال القاضي أبو بكر ابن العربي المالكي رحمه الله تعالى:
“إذا حضرتَ موتَ أحدٍ فاقرأ عنده يس، فقد مرِضتُ وغُشِيَ عليَّ وعُدِدتُ في الموتى، فرأيتُ قومًا كَرَشِّ المطر، يريدون أذيتي، ورأيتُ شخصًا جميلًا دفعهم عني حتى قهرهم، فقلتُ: من أنت؟ قال: سورة يس. فأفقتُ فإذا بأبي عند رأسي وهو يبكي ويقرأ يس وقد ختمها.”
📔 فيض القدير للمناوي: ٢/٨٦

Al-Qadhi Abu Bakar Ibnul ‘Arabi Al-Maliki رحمه الله تعالى berkata:
“Jika kamu mendapati seseorang dalam keadaan sakaratul maut, maka bacakanlah padanya Surah Yasin. Aku sendiri pernah sakit hingga pingsan dan dianggap termasuk orang yang hampir mati. Aku melihat sekelompok makhluk seperti hujan yang deras, mereka ingin menyakitiku. Lalu aku melihat seorang sosok yang indah datang, menghalau mereka hingga mereka dikalahkan. Aku bertanya: ‘Siapakah engkau?’ Dia menjawab: ‘Aku adalah Surah Yasin.’ Kemudian aku sadar, dan ternyata ayahku ada di sampingku, menangis sambil membaca Surah Yasin hingga selesai.”
📔 Rujukan: Faidul Qadir karya Al-Manawi, 2/86.

Kisah ini menunjukkan keutamaan membaca Surah Yasin,
terutama dalam situasi sakaratul maut.
Surah Yasin diyakini membawa ketenangan, melindungi dari gangguan makhluk gaib,
dan memberikan pertolongan dalam kondisi sulit.
Hal ini menjadi dorongan bagi umat Islam untuk memperbanyak membaca dan mengamalkan Al-Qur’an,
khususnya Surah Yasin, dalam kehidupan sehari-hari.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
📜 حَدِيثُ كُلِّ يَوْمٍ
إِنْ شَاءَ اللَّهُ
٦ / ٦ - جُمَادَى الْآخِرَةِ / ١٤٤٦
السَّبْتُ ٧ / ١٢ / ٢٠٢٤
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
(وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا
حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ
مَا صَنَعَتْ يَمِينُهُ)

رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ

سَنَرْحَلُ وَيَبْقَى الأَثَرُ

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
📜 Hadis Harian
Insya Allah
6/6 Jumadil Akhirah 1446
Sabtu, 7 Desember 2024

Dari Abi Hurairah ra,
dari Nabi Saw
“Seorang laki-laki yang bersedekah dengan suatu sedekah,lalu ia menyembunyikannya sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat oleh tangan kanannya.”
(HR. Bukhari)
Hadis ini mengajarkan keikhlasan dalam bersedekah,yaitu melakukannya secara diam-diam tanpa pamer,agar hanya Allah yang mengetahuinya.

Kita akan pergi, namun jejak akan tetap tinggal
#الشام_كفالة_الله
قال #الحجاج في وصف أهل #الشام:
لا يَغُرَّنَّكَ صَبْرُهُم، وَلَا تَسْتَضْعِفْ قُوَّتَهُم، فَهُمْ إِنْ قَامُوا لِنُصْرَةِ رَجُلٍ مَا تَرَكُوهُ إِلَّا وَالتَّاجُ عَلَى رَأْسِهِ، وَإِنْ قَامُوا عَلَى رَجُلٍ مَا تَرَكُوهُ إِلَّا وَقَدْ قَطَعُوا رَأْسَهُ. فَانْتَصِرُوا بِهِم، فَهُمْ خَيْرُ أَجْنَادِ الأَرْضِ، وَاتَّقِ فِيهِمْ ثَلَاثًا:
1. دِينَهُم: وَإِلَّا أَحْرَقُوا عَلَيْكَ دُنْيَاك.
2. نِسَاءَهُم: فَلَا تَقْرَبْهُنَّ بِسُوءٍ، وَإِلَّا أَكَلُوكَ كَمَا تَأْكُلُ السِّبَاعُ فَرَائِسَهَا.
3. أَرْضَهُم: وَإِلَّا حَارَبَتْكَ صُخُورُ جِبَالِهِم.

الشام_كفالة_الله

Artinya: “Syam adalah dalam jaminan Allah.”

Al-Hajjaj berkata tentang penduduk Syam:
“Janganlah engkau tertipu dengan kesabaran mereka, dan jangan meremehkan kekuatan mereka. Sebab, jika mereka bangkit untuk membela seseorang, mereka tidak akan meninggalkannya hingga mahkota bertengger di atas kepalanya. Dan jika mereka bangkit melawan seseorang, mereka tidak akan berhenti hingga memenggal kepalanya. Maka, mintalah bantuan kepada mereka, karena mereka adalah sebaik-baik tentara di muka bumi. Namun, waspadalah terhadap tiga hal pada mereka:
1. Agama mereka: Jika engkau mengusik agama mereka, mereka akan membakar kehidupan duniamu.
2. Wanita mereka: Jangan menyakiti atau mendekati wanita mereka dengan keburukan, sebab mereka akan memangsamu sebagaimana binatang buas memangsa korbannya.
3. Tanah mereka: Jangan engkau ambil tanah mereka, karena bahkan batu-batu gunung mereka akan melawanmu.”
الرئيس البوسني: علي عزت بيجو فيتش

Presiden Bosnia: Alija Izetbegović

حَيْثُ يَقُولُ: كَانَتْ أُمِّي تَحْرِصُ عَلَى قِيَامِ اللَّيْلِ وَقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ حَتَّى يَحِينَ مَوْعِدُ صَلَاةِ الْفَجْرِ، فَتُوقِظُنِي… لِنَذْهَبَ مَعًا إِلَى صَلَاةِ الْجَمَاعَةِ فِي الْمَسْجِدِ الْقَرِيبِ مِنْ بَيْتِنَا.
كُنْتُ فِي ذَلِكَ الْوَقْتِ بَيْنَ السَّنَةِ الثَّانِيَةِ عَشْرَةَ وَالرَّابِعَةِ عَشْرَةَ مِنْ عُمْرِي، وَلَمْ يَكُنْ مِنَ السَّهْلِ عَلَيَّ أَنْ أُغَادِرَ دِفْءَ الْفِرَاشِ فِي هَذَا الْوَقْتِ الْمُبَكِّرِ، فَكُنْتُ أُقَاوِمُ فِي بَدْءِ الْأَمْرِ… وَلَكِنِّي كُنْتُ أَشْعُرُ بَعْدَ الْعَوْدَةِ مِنَ الْمَسْجِدِ بِارْتِيَاحٍ كَبِيرٍ وَسَعَادَةٍ مِنْ هَذِهِ التَّجْرِبَةِ

Ia berkata: “Ibuku selalu menjaga shalat malam dan membaca Al-Qur’an hingga tiba waktu shalat Subuh. Kemudian, ia membangunkanku… agar kami bisa pergi bersama-sama untuk melaksanakan shalat berjamaah di masjid yang dekat dengan rumah kami.

Pada waktu itu, aku berusia antara dua belas hingga empat belas tahun. Tidaklah mudah bagiku meninggalkan kehangatan tempat tidur di waktu dini hari seperti itu. Awalnya, aku berusaha melawan… tetapi setelah kembali dari masjid, aku selalu merasakan ketenangan yang luar biasa dan kebahagiaan dari pengalaman tersebut.”
دعاء دخول السوق مع رفع الصوت
قال رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم:

«مَنْ دَخَلَ السُّوقَ فَقَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، يُحْيِي وَيُمِيتُ، وَهُوَ حَيٌّ لَا يَمُوتُ، بِيَدِهِ الْخَيْرُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، كَتَبَ اللهُ لَهُ أَلْفَ أَلْفِ حَسَنَةٍ، وَمَحَا عَنْهُ أَلْفَ أَلْفِ سَيِّئَةٍ، وَرَفَعَ لَهُ أَلْفَ أَلْفِ دَرَجَةٍ، وَبَنَى لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ»

أخرجه الإمام أحمد في “المسند”
• قال الإمام الغزاليُّ رحمه الله في “الإحياء”: “وكان ابنُ عمرَ وسالمُ بنُ عبد الله ومحمَّدُ بنُ واسعٍ وغيرُهم يدخلونَ السُّوقَ قاصدين لنيل فضيلة هذا الذِّكر”.

المراجع:
• «الفتح المبين» للإمام ابن حجر الهيتمي (ص 586)
• «مفتاح الفلاح» لابن عطاء الله السكندري (ص 17)
• «مصباح الظلام» للجرداني (ص 47)
• «إحياء علوم الدين» (2/159)
• «الأذكار» للإمام النووي (ص 491)

Doa Ketika Masuk Pasar:

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa masuk pasar lalu mengucapkan: ‘Lā ilāha illallāh, waḥdahū lā syarīka lah, lahul-mulku walahul-ḥamdu, yuḥyī wa yumītu, wa huwa ḥayyul lā yamūtu, biyadihil-khayr, wa huwa ‘alā kulli syay`in qadīr’ (Tiada Tuhan selain Allah, yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nya kerajaan, dan milik-Nya segala pujian, yang menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Hidup yang tidak akan mati, di tangan-Nya segala kebaikan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu), maka Allah akan mencatat baginya sejuta kebaikan, menghapuskan darinya sejuta keburukan, mengangkatnya sejuta derajat, dan membangunkan untuknya rumah di surga.”*

(HR. Ahmad dalam Musnadnya)

Penjelasan dalam Kitab:
1. Imam Ghazali dalam “Iḥyā’ ‘Ulūm ad-Dīn”:
Imam Ghazali menjelaskan bahwa beberapa sahabat seperti Ibnu Umar, Salim bin Abdullah, dan Muhammad bin Wasi’ secara rutin pergi ke pasar bukan untuk berdagang, tetapi untuk memperoleh pahala dengan membaca doa tersebut.
2. Referensi Kitab:
• “Al-Fatḥ al-Mubīn” oleh Ibnu Hajar al-Haitami.
• “Miṣbāḥ aẓ-Ẓalām” oleh Al-Jurdani.
• “Al-Adzkār” oleh Imam Nawawi.

Doa ini menunjukkan keutamaan berzikir kepada Allah dalam situasi yang penuh kesibukan duniawi seperti di pasar.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

التَّقْوِيمُ / يَوْمُ الأَحَدِ
٦ / جُمَادَى الآخِرَةِ / ١٤٤٦هـ
٨ / دِيسَمْبَر / ٢٠٢٤م

“حَدِيثُ الْيَوْمِ”
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ جَعْفَرٍ -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ- قَالَ: لَمَّا جَاءَ نَعْيُ جَعْفَرٍ … قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ-: (اصْنَعُوا لِآلِ جَعْفَرٍ طَعَامًا، فَقَدْ أَتَاهُمْ مَا يَشْغَلُهُمْ).
رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَأَبُو دَاوُدَ وَابْنُ مَاجَةَ.

“مَسْأَلَةٌ”
يُسْتَحَبُّ لِجِيرَانِ الْمَيِّتِ وَالأَبَاعِدِ مِنْ قَرَابَتِهِ: صُنْعُ طَعَامٍ لِأَهْلِ الْمَيِّتِ يُشْبِعُهُمْ يَوْمَهُمْ وَلَيْلَتَهُمْ، وَأَنْ يُحَلِّفُوا عَلَيْهِمْ فِي الأَكْلِ؛ لأَنَّ الْحُزْنَ يَمْنَعُهُمْ فَيُضْعِفُهُمْ، وَيَمْنَعُ رَغْبَتَهُمْ مِنَ الأَكْلِ.

وَلَا يَنْبَغِي أَنْ يُطَالَبَ أَهْلُ الْمَيِّتِ بِصُنْعِ الطَّعَامِ وَضِيَافَةِ النَّاسِ إِلَيْهِ، كَمَا هُوَ حَاصِلٌ عِنْدَ كَثِيرٍ مِنَ النَّاسِ، خُصُوصًا إِذَا لَمْ يَكُونُوا أَغْنِيَاءَ بِمَا فِيهِ الْكَفَايَةُ؛ لأَنَّ أَهْلَ الْمَيِّتِ عِنْدَهُمْ مَا يَشْغَلُهُمْ مِنَ الْحُزْنِ، فَلَا نَشْغَلْهُمْ بِالْعَمَلِ وَالضِّيَافَةِ، وَإِنَّمَا الْمُسْتَحْسَنُ أَنْ يَصْنَعَ النَّاسُ لَهُمْ طَعَامًا؛ كَمَا دَلَّ عَلَيْهِ الْحَدِيثُ السَّابِقُ (اصْنَعُوا لِآلِ جَعْفَرٍ طَعَامًا …).

نَعَمْ؛ مَنْ جَاءُوا مِنْ أَمَاكِنَ بَعِيدَةٍ .. فَيَنْبَغِي إِسْتِضَافَتُهُمْ وَإِكْرَامُهُمْ قَدْرَ الْمُسْتَطَاعِ، فَيُكْرِمُهُمْ وَيُضَيِّفُهُمْ: أَهْلُ الْمَيِّتِ إِذَا قَدَرُوا، أَوْ يُضَيِّفُهُمْ أَحَدٌ مِنْ غَيْرِ أَهْلِ الْمَيِّتِ إِذَا كَانَ مُسْتَطِيعًا وَهُوَ الأَفْضَلُ؛ لِكَيْ لَا يُشْغِلُوا أَهْلَ الْمَيِّتِ، وَالضِّيَافَةُ إِنَّمَا تُشْرَعُ غَالِبًا فِي السُّرُورِ لَا فِي الشُّرُورِ، فَلَا يُسْتَحْسَنُ مِنْ أَهْلِ الْمَيِّتِ صُنْعُهَا.

بَلْ إِذَا كَانَ صُنْعُ الطَّعَامِ مِنْ تَرِكَةِ الْمَيِّتِ وَكَانَ هُنَالِكَ مِنَ الْوَرَثَةِ أَوْلَادٌ صِغَارٌ: فَإِنَّهُ يَحْرُمُ صُنْعُ الطَّعَامِ مِنَ التَّرِكَةِ، وَيَحْرُمُ عَلَى مَنْ عَلِمَ ذَلِكَ: أَنْ يَأْكُلَ مِنْهَا، وَقَدْ وُرِدَتْ عِدَّةُ أَحَادِيثَ وَنُصُوصٍ فِي ذَمِّ تَكْلِيفِ أَهْلِ الْمَيِّتِ بِنَصْعِ الطَّعَامِ.

📋 تَقْدِيمٌ: رِبَاطُ الْهَدَّارِ لِلْعُلُومِ الشَّرْعِيَّةِ بِـ(تَعِزِّ).
2025/02/24 18:46:48
Back to Top
HTML Embed Code: