Telegram Web
Bisikan Ruh Ramadhan 8

Ramadhan sebagai bulan perawatan dan penyembuhan jiwa.

Pengertian JIWA

Empat komponen utama yang membentuk JIWA manusia:

1. Ar Ruh ( الروح )

ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِن رُّوحِهِ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُونَ ﴿السجدة: ٩﴾

Kemudian Ia menyempurnakan kejadiannya, serta meniupkan padanya: roh ciptaanNya. Dan Ia mengurniakan kepada kamu pendengaran dan penglihatan serta hati (akal fikiran), (supaya kamu bersyukur, tetapi) amatlah sedikit kamu bersyukur.

(As Sajadah: 9)

Dengan roh, segala kemampuan manusia seperti mendengar, melihat, berfikir, berperasaan dan yang lainnya diaktifkan.

2. An Nafs ( النفس )

Apabila roh ditiup masuk ke dalam jasad manusia, maka terbentuklah nafsu yang menginginkan pelbagai kemahuan untuk jasad manusia.

وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا ﴿٧﴾ ﴿الشمس: ٧﴾

Demi diri manusia dan Yang menyempurnakan kejadiannya (dengan kelengkapan yang sesuai dengan keadaannya);

(As Syams : 7)

3. Al Qalb ( القلب )

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

Dan ketahuilah pada setiap tubuh ada segumpal darah yang apabila baik maka baiklah tubuh tersebut dan apabila rusak maka rusaklah tubuh tersebut. Ketahuilah, ia adalah hati.

(HR Bukhari, 50)

Hati menjadi pusat diri manusia, yang terisi dengan pelbagai kebaikan seperti hidayah, ilmu, keyakinan, keimanan, ketaqwaan, sifat-sifat mahmudah dan lainnya. Atau pun hati juga terisi dengan segala kejahatan dan keburukan seperti kesesatan, kejahilan, kufur, syirik, nifaq, sifat-sifat mazmumah dan yang lainnya.

Imam Al Ghazali mensifatkan hati sebagai :

ملِكٌ مُطاعٌ ورَئيسٌ مُتَّبَع

"Raja yang ditaati, pemimpin yang diikuti ".

4. Al 'Aql ( العقل )

لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ ﴿البقرة: ١٦٤﴾

sesungguhnya (pada semuanya itu) ada tanda-tanda (yang membuktikan keesaan Allah kekuasaanNya, kebijaksanaanNya, dan keluasan rahmatNya) bagi kaum yang (mahu) menggunakan akal fikiran.

(Al Baqarah : 164)

Aqal menjadi alat penting dalam diri manusia dalam membezakan antara dan buruk. Juga dalam mengenal tanda-tanda kebesaran dan keesaan Allah ta'ala yang ad pada ciptaan langit dan bumi. Juga memahami syariat yang berupa perintah dan larangan Allah ta'ala dan panduan hidup yang terdapat dalam Al Quran dan Sunnah Ar Rasul ‎ﷺ .

Kenapa perlukan rawatan?

مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

Tidak ada seorang anak pun yang terlahir kecuali dia dilahirkan dalam keadaan fithrah. Maka kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi

(HR Bukhari, 1271)

Fitrah yang berupa makrifah ( kenal Allah ) dan syahadah ( persaksian ) yang telah ada dalam ruh manusia di alam arwah, boleh dipengaruhi dan dirosakkan oleh persekitaran hidupnya samaada ibubapanya, kawan-kawan, pendidikan, pergaulan dan sebagainya.

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿يوسف: ٥٣﴾

"Dan tiadalah aku berani membersihkan diriku; sesungguhnya nafsu manusia itu sangat menyuruh melakukan kejahatan, kecuali orang-orang yang telah diberi rahmat oleh Tuhanku (maka terselamatlah ia dari hasutan nafsu itu). Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani."

(Yusuf: 53)

Kecenderungan nafsu kepada syahwat, yang tidak terkendali oleh hati, sering membawa kerosakan dan menjadikan hati menjadi berpenyakit.

فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ ﴿البقرة: ١٠﴾

Dalam hati mereka (golongan yang munafik itu) terdapat penyakit (syak dan hasad dengki), maka Allah tambahkan lagi penyakit itu kepada mereka; dan mereka pula akan beroleh azab seksa yang tidak terperi sakitnya, dengan sebab mereka berdusta (dan mendustakan kebenaran).

(Al Baqarah : 10)
Hati sering dirosakkan oleh penyakit-penyakit syubhat seperti kejahilan, kesesatan, keraguan, syirik, kufur dan seumpamanya. Juga oleh penyakit-penyakit syahwat seperti kufur nikmat, takabbur, hasad, riya', 'ujub dan seumpamanya.

إِنَّ شَرَّ الدَّوَابِّ عِندَ اللَّهِ الصُّمُّ الْبُكْمُ الَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ ﴿الأنفال: ٢٢﴾

Sesungguhnya sejahat-jahat makhluk yang melata, pada sisi (hukum dan ketetapan) Allah, ialah orang-orang yang pekak lagi bisu, yang tidak mahu memahami sesuatupun (dengan akal fikirannya).

(Al Anfal : 22)

Biar pun, aqal adalah alat yang baik dalam diri manusia, ianya perlu diisi dan dipandu oleh ilmu dan hidayah. Tanpanya aqal tidak dapat dimanfaat dan digunakan oleh manusia.

Rawatan untuk JIWA MUKMIN

Rawatan utama untuk manusia ialah

1. Menanam ISLAM, IMAN dan TAQWA dalam jiwa manusia.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
﴿آل عمران: ١٠٢﴾

Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, dan jangan sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan Islam.

(Ali 'Imran : 102)

Islam menanam ketundukan dan kepatuhan kepada Allah ta’ala yang terikat dengan syahadah persaksian
( لا إله إلا الله محمد رسول الله)
Tiada tuhan yang layak disembah, Muhammad itu utusan Allah). Ianya akan mencorak hidup seorang dengan segala cara hidup Islam yang sempurna.

وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِّمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ ‎﴿النساء: ١٢٥﴾‏

Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan,(125)

(An Nisa’: 125)

Iman menjadikan seorang hamba itu yakin dan percaya dengan segala yang datang dari Allah ta’ala dan RasulNya berupa perkhabaran ghaib dan ajaran-ajaran agamaNya tanpa syak dan ragu. Iman menjadi satu kekuatan dalam diri hamba untuk membuahkan segala kebaikan dalam dirinya dan membuang segala kotoran kejahilan, kekufuran dan kefasikan.

وَلَـٰكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَـٰئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ ‎﴿الحجرات: ٧﴾‏

tetapi Allah menjadikan kamu "cinta" kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, (7)

(Al Hujurat: 7)

Taqwa pula membentuk daya juang dalam diri hamba untuk taat dan patuh serta menjunjung segala perintah dan arahan Allah ta’ala. Sekali gus, menjadi pendorong kuat untuk menjauhi segala larangan-laranganNya. Taqwa menjadikan seorang hamba itu bersegera untuk merebut keampunan dan keredhaan Allah ta’ala yang membuahkan pelbagai sifat dan perilaku mulia dalam diri hamba.

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ‎﴿١٣٣﴾‏ الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ ‎﴿١٣٤﴾‏ وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ ‎﴿١٣٥﴾‏ أُولَٰئِكَ جَزَاؤُهُم مَّغْفِرَةٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ ‎﴿١٣٦﴾‏ ﴿ آل عمران: ١٣٣-١٣٦﴾‏

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (133) (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
(134) Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (135) Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal. (136)

(Ali ‘Imran: 133-136)

2. Juga mau'izah ( penasihat dan pengajaran ), syifa' ( penawar dan penyembuh ), hidayah ( petunjuk ) serta rahmah ( sentuhan kasih sayang ) dari Allah ta'ala melalui kitab suciNya, Al Quran.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِّمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ ﴿يونس: ٥٧﴾

Wahai umat manusia! Sesungguhnya telah datang kepada kamu Al-Quran yang menjadi nasihat pengajaran dari Tuhan kamu, dan yang menjadi penawar bagi penyakit-penyakit batin yang ada di dalam dada kamu, dan juga menjadi hidayah petunjuk untuk keselamatan, serta membawa rahmat bagi orang-orang yang beriman.

(Yunus : 57)

3. Penghapusan atau kaffarah dosa.

Dosa menjadi penyebab besar kepada kerosakan jiwa. Dosa menumbuhkan titik karat hitam dalam hati manusia menyebabkan hilangnya cahaya dan tumbuhnya pelbagai penyakit hati. Justeru rawatan melalui amalan-amalan penghapus dosa diperlukan oleh jwa manusia. Antaranya melalui jalan taqwa.


 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ ‎﴿الأنفال: ٢٩﴾‏


Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.

(Al Anfal: 29)


Juga bertaubat dengan taubat yang sebenarnya dan melazimi istighfar.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ 
سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَىٰ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ‎﴿التحريم: ٨﴾‏

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu".

(At Tahrim: 8)

Rawatan JIWA di Bulan Ramadhan

Allah ta'ala menyediakan di dalam ramadhan as siyam ( الصيام ), yang terkandung di dalamnya rawatan kepada jiwa mukmin, menjadi perisai menahan kerosakan dan menjana taqwa untuk menegakkan ketaatan.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ﴿البقرة: ١٨٣﴾

Wahai orang-orang yang beriman! Kamu diwajibkan berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang yang dahulu daripada kamu, supaya kamu bertaqwa.

(Al Baqarah : 183)

Juga, Al Quran sebagai sumber syifa' ( rawatan ) kepada segala penyakit syubhat dan syahwat.

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ﴿البقرة: ١٨٥﴾

(Masa yang diwajibkan kamu berpuasa itu ialah) bulan Ramadan yang padanya diturunkan Al-Quran, menjadi petunjuk bagi sekalian manusia, dan menjadi keterangan-keterangan yang menjelaskan petunjuk dan (menjelaskan) perbezaan antara yang benar dengan yang salah.

(Al Baqarah : 185)

Pendekatan rawatan Ramadhan

1.
Taqwa

Menjunjung seluruh perintah Allah, yang wajib mahu pun yang sunat, zahir mahu pun yang batin.

Meninggalkan dan menjauhi segala larangan, yang haram mahu pun yang makruh, zahir mahu pun batin.

2. Allah ta'ala menggandakan balasan pahala untuk segala amal ibadah dan membuka seluas-luasnya pintu-pintu keampunan dosa. Syaitan diiikat untuk memudahkan hamba-hambaNya lebih mudah beribadah.

إذا جاء رمضان فتحت أبواب الجنة، وغلقت أبواب النار، وصفدت الشياطين( رواه البخاري ومسلم )

" Apabila datang Ramdhan, dibuka semua pintu syurga, ditutup semua pintu neraka dan dibelenggu syaitan-syaitan.

HR Bukhari, Muslim


3. Allah ta'ala menyediakan amal ibadah khusus seperti puasa, tilawah Al Quran, solat tarawih dan sedekah memberi makanan.

من صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه ( رواه البخاري ومسلم )

Barangsiapa yang berpuasa kerana iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.

(HR Bukhari, Muslim)

من قام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه ( رواه البخاري ومسلم )

Barangsiapa mendirikan Ramadlan (dengan ibadah) kerana iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.

(HR Bukhari, Muslim)

كان النبي صلى الله عليه وسلم أجود الناس وكان أجود ما يكون في رمضان حين يلقاه وكان يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ من رَمَضَانَ جبريل فيدارسه القرآن. ( رواه البخاري ومسلم )

Bahawasanya Rasulullah ‎ﷺ adalah manusia yang paling dermawanterutama pada bulan Ramadlan ketika malaikat Jibril 'Alaihis Salam menemuinya, dan adalah Jibril 'Alaihis Salam mendatanginya setiap malam di bulan Ramadlan, dimana Jibril mengajarkan ( saling bertadarus) Al Qur'an.

(HR Bukhari, Muslim)

4. Allah ta'ala menyediakan Lailatul Qadar sebagai malam paling istimewa di sepanjang tahun bagi tujuan ibadah dan maghfirah.

إن هذا الشهر قد حضركم، وفيه ليلة خير من ألف شهر، من حُرمها فقد حرم الخير كلٌُه، ولا يُحرم خيرها إلا محروم ( رواه ابن ماجه )

"Sesungguhnya bulan ini telah hadir kepada kalian. Di bulan ini ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa ditegahkan darinya, maka dia telah ditegahkan kebaikan semuanya. Dan tidak ditegahkan kebaikannya kecuali bagi yang terhalang dari kebaikan. "

(HR Ibnu Majah, 1634)

5. Allah ta'ala menjanjikan senarai 'utaqa ( العتقاء ) iaitu golongan yang dilepaskan dari nerakaNya.

ولله عتقاء من النار وذلك في كل ليلة (رواه ابن ماجه)

"Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari neraka saat buka puasa, dan itu terjadi setiap malam. "

(HR Ibnu Majah, 1633)

6. Membaca, tadabbur dan tazakkur Al Quran untuk mendapat pelajaran, panduan dan peringatan serta keberkatannya.


كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِّيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ ﴿ص: ٢٩﴾

(Al-Quran ini) sebuah Kitab yang Kami turunkan kepadamu (dan umatmu wahai Muhammad), -Kitab yang banyak faedah-faedah dan manfaatnya, untuk mereka memahami dengan teliti kandungan ayat-ayatnya, dan untuk orang-orang yang berakal sempurna beringat mengambil iktibar.

(Shaad : 29)

Ibnu Rajab Al Hanbali berkata,

”Allah mencela orang-orang yang membaca Al Qur`an tanpa memahami (mentadaburi) maknanya. Allah ta'ala berfirman:
( وَمِنْهُمْ أُمِّيُّوْنَ لاَيَعْلَمُوْنَ الْكِتَابَ إِلاَّ أَمَانِيَّ )
"Dan di antara mereka ada yang buta huruf tidak mengetahui Al Kitab (At Taurat), tiadalah mereka mengetahui Al Kitab itu kecuali hanya (sebagai) dongengan belaka.” (Al Baqarah: 78). iaitu dalam membacanya tanpa memahami maknanya. Tujuan diturunkannya Al Qur`an adalah untuk difahami maknanya dan untuk diamalkan, bukan hanya sekadar untuk dibaca.”


Kemuncak kejayaan dan keselamatan.

1. Hati yang sejahtera ( القلب السليم )

يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ ﴿٨٨﴾ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ ﴿٨٩﴾ ﴿الشعراء: ٨٨-٨٩﴾

"Hari yang padanya harta benda dan anak-pinak tidak dapat memberikan pertolongan sesuatu apapun, "Kecuali (harta benda dan anak-pinak) orang-orang yang datang mengadap Allah dengan hati yang selamat sejahtera (dari syirik dan penyakit munafik);

(As Syu'ara : 88-89)

2. Jiwa yang tenang tenteram ( النفس المطمئنة )
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾ ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨﴾ فَادْخُلِي فِي عِبَادِي ﴿٢٩﴾ وَادْخُلِي جَنَّتِي ﴿٣٠﴾ ﴿الفجر: ٢٧-٣٠﴾

Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas( redha ) lagi diredhai; lalu masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam syurga-Ku 

(Al-Fajr : 27-30)

3. Kedudukan muttaqin ( مقام الممتقين )

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ﴿آل عمران: ١٣٣﴾

Dan segeralah kamu kepada (mengerjakan amal-amal yang baik untuk mendapat) keampunan dari Tuhan kamu, dan (mendapat) Syurga yang bidangnya seluas segala langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa;

(Ali 'Imran : 133)

4. Selamat dari neraka dan dimasukkan ke syurga.

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ ﴿آل عمران: ١٨٥﴾

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.

(Ali ‘Imran : 185)





ABi
Bisikan Ruh Ramadhan 9


Bila hembusan Rahmat Allah ta’ala dan sentuhan ketakwaan menyirami dan melimpahi jiwa seorang hamba di bulan Ramadhan,


1. Dia mula mahu memperbaiki amalan serta mengintai-ngintai amalan yang boleh ditambah lagi dengan ‘inayah pertolongam Allah ta’ala jua.


أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، أَخَذَ بِيَدِهِ ، وَقَالَ :(( يَا مُعَاذُ ، وَاللهِ إنِّي لَأُحِبُّكَ )) فَقَالَ : (( أُوصِيْكَ يَا مُعَاذُ لاَ تَدَعَنَّ في دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ تَقُوْلُ : اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

Rasulullah ‎ﷺ menarik tangannya Mu’adz sambil bersabda: Wahai Mu’adz, demi Allah aku mencintaimu. Aku nasihati engkau wahai Mu’adz, jangan sampai engkau tinggalkan di setiap selesai solat untuk membaca doa: Allahumma a’inni ‘ala zikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatika (Ya Allah, tolonglah aku agar dapat berzikir kepadaMu, dan bersyukur kepada-Mu dan memperbaiki ibadah kepada-Mu).

 (HR. Abu Daud no.1522)

2. Timbulnya rasa tamak dengan ilmu dan amal kerana jalan untuk ilmu dan amal dilapangkan oleh Allah ta’ala.

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ ‎﴿العنكبوت: ٦٩﴾‏

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.

(Al ‘Ankabut: 69)

3. Rasa manis ibadah mula terasa kerana mahu meraih cinta Allah ta’ala.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ: مَنْ عَادَى لِي وَلِيَّاً فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالحَرْبِ. وَمَا تَقَرَّبَ إِلِيَّ عَبْدِيْ بِشَيءٍ أَحَبَّ إِلِيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ. ولايَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِيْ يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِيْ بِهَا. وَلَئِنْ سَأَلَنِيْ لأُعطِيَنَّهُ، وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِيْ لأُعِيْذَنَّهُ

Dari Abi Hurairah  bahwa Nabi ‎ﷺ bersabda: Sesungguhnya Allah berfirman: “Barangsiapa yang memusuhi hambaKu maka aku telah mengumumkan perang terhadapnya, dan tidaklah seorang hamba bertaqarrub kepadaku dengan suatu ibadah yang lebih Aku cintai dari apa yang telah Aku wajibkan baginya, dan hambaKu sentiasa beribadah kepadaKu dengan ibadah-ibadah yang sunat sehingga Aku mencintainya, maka jika Aku mencintainya maka Aku menjadi pendengaran yang dipergunakannya untuk mendengar, menjadi pandangannya yang dipergunakannya untuk melihat, menjadi tangannya yang dipergunakan untuk memegang, dan menjadi kaki yang dipergunakan untuk melangkah, jika dia meminta kepadaKu nescaya Aku menunaikannya dan jika dia berlindung denganKu nescaya Aku pasti melindunginya.”

(HR Bukhari, 6502)


4. Sentiasa menunggu-nunggu waktu beribadah dan bersegera untuk melakukannya.

 وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ‎﴿آل عمران: ١٣٣﴾‏

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,

(Ali ’Imran: 133)


5. Jiwanya cenderung dan rasa cinta pada tambahan ilmu.

وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ ‎﴿البقرة: ٢٨٢﴾‏

Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

(Al Baqarah: 282)

6. Hatinya mula merasai muraqabah pengawasan Allah ta’ala terhadap dirinya.

قُلْ إِن تُخْفُوا مَا فِي صُدُورِكُمْ أَوْ تُبْدُوهُ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَيَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ‎﴿آل عمران: ٢٩﴾‏

Katakanlah: "Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui". Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

(Ali ‘Imran: 29)

7. Hatinya tenang dan rasa bahagia.
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh (ibadah), baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia), dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka (di akhirat) dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”

(An-Nahl: 97)

وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ ‎﴿البقرة: ١٩٤﴾‏

Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.

(Al Baqarah: 195)

8. Hidupnya rasa dipermudahkan dalam banyak perkara dan urusannya. Bahkan hilang rasa resah gelisah dan kebimbangan tentang kehidupan.



وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan baginya jalan keluar (dalam semua masalah yang dihadapinya), dan memberinya rezki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.

(At Thalâq: 2-3)

 إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ ‎﴿البقرة: ٢٧٧﴾‏

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

(AL Baqarah: 277)

9. Ingatan pada hari kematian semakin kuat sehingga melembutkan hati، lalu bersungguh-sungguh untuk mempersiapkan dirinya.


فقام رجل من الأنصار، فقال: يا نبي الله، من أكيس الناس وأحزم الناس ؟ فقال : أكثرهم ذكرا للموت، وأشدهم استعدادا للموت قبل نزول الموت، أولئك هم الأكياس ذهبوا بشرف الدنيا وكرامة الآخرة.
(رواه ابن ماجه، والطبراني)

Bangun seorang lelaki Ansar berkata ia : “Wahai Nabi Allah! Siapakah manusia yang paling cerdik dan hebat? “. Sabda Nabi ‎ﷺ : “ Yang paling banyak mengingati mati, dan paling bersungguh bersiap diri untuk kematian sebelum datangnya kematian itu. Merekalah secerdik-cerdik manusia. Mereka pergi dengan kehormatan dunia dan kemuliaan akhirat.”

(HR Ibnu Majah dan Thabarani)


عن ابن عمر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم  : ” إن هذه القلوب تصدأ كما يصدأ الحديد إذا أصابه الماء ” قيل : يا رسول الله وما جلاؤها ؟ قال : ” كثرة ذكر الموت وتلاوة القرآن ”
( رواه البيهقي)

Dari Ibn Umar ia berkata: Rasulullah ‎ﷺ  bersabda:
“ Hati ini berkarat seperti berkaratnya besi jika terkena air. Lalu Baginda ‎ﷺ  ditanya: “Apakah pembersihnya?”Sabda Baginda ‎ﷺ  : “Banyakkan mengingati mati dan membaca Al-Quran.”
(HR Al Baihaqi)
 
أن امرأة شكت إلى عائشة رضي الله عنها قساوة قلبها فقالت لها : أكثري من ذكر الموت يرق قلبك ففعلت ذلك فرق قلبها فجاءت تشكر عائشة رضي الله عنها

Seorang perempuan mengadu kepada 'Aisyah radhiyallahu ‘anha tentang kerasnya hatinya. Kata  'Aisyah padanya : “ Engkau banyakkanlah mengingati mati nescaya lembut hatimu". Maka perempuan itu melakukannya lalu menjadi lembut hatinya dan dia datang menemui 'Aisyah dan berterima kasih padanya.
( petikan dari Kitab Sairus Salikin )


Justeru, perhatikanlah dirimu dan bermuhasabahlah dengan hari-hari Ramadhan yang telah berlalu. Apakah ketakwaan telah menguasai jiwamu?



ABi
Bisikan Ruh Ramadhan 10

Manusia diuji keimanan dan kepercayaannya tentang pahala dan dosa. Yang kuat keimanannya akan sentiasa kuat berusaha menambah pahala dan menjauhi dosa. Ini disebabkan dia yakin dan percaya pahalalah bekalannya untuk kehidupan akhirat.

Justeru, hidupnya di dunia dicorakkan dengan kehidupan ketaatan dan kebaikan. Inilah yang membahagiakan jiwanya.

Daripada Nawwas bin Sam’an R.A, Nabi ‎ﷺ bersabda:

الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِى صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ

“Kebaikan adalah dengan berakhlak yang mulia. Sedangkan dosa adalah sesuatu yang menggelisahkan hatimu. (Ketika dosa tersebut dilakukan), tentu engkau tidak suka hal itu nampak di tengah-tengah manusia.”

(HR Muslim, 2553)

Imam al-Nawawi dalam menjelaskan hadis di atas berkata:

“Maksud “حَاكَ فِي صَدْرك” ialah menggelisahkan hati, berasa ragu-ragu, tidak membukakan hati, terhasil perasaan syak di dalam hati, serta takut dan khuatir bahawa keadaan dirinya berdosa.”

(Syarh al-Nawawi ‘ala Sahih Muslim, 8/343)

Dalam hadis yang lain, Nabi ‎ﷺ bersabda:

الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي النَّفْسِ وَتَرَدَّدَ فِي الصَّدْرِ

“Kebaikan ialah apa yang membuatkan jiwa tenang. Manakala dosa adalah yang membuat jiwamu gelisah dan ragu-ragu di hatimu.”

(HR Ahmad, 18006)

Daripada Abi Hurairah R.A, Rasulullah ‎ﷺ bersabda:

إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ ، فَإِنْ هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ صَقَلَتْ قَلْبَهُ ، وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ فَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ {كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ}.

“Sesungguhnya hamba, apabila melakukan satu kesalahan atau dosa, akan ditulis pada hatinya satu titik hitam. Apabila dia meninggalkan dosa, beristighfar dan bertaubat, nescaya digilap hatinya. Sebaliknya, apabila mengulangi dosa, akan ditambah padanya titik hitam sehingga memenuhi hatinya, maka itulah dipanggil al-raan (الرَّانُ) yang Allah nyatakan: {كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ} Sebenarnya! (Ayat-ayat Kami itu tidak ada cacatnya) bahkan mata hati mereka telah diselaputi kekotoran (dosa), dengan sebab (perbuatan kufur dan maksiat) yang mereka kerjakan.”

(HR Nasaie, 11594)

Ini bermakna, hati mereka kelam dan bertambah gelapnya dengan sebab dosa yang berterusan sehingga jadilah sukar untuk mendapat cahaya dan petunjuk Ilahi. Akhirnya menjadi sebati dengan maksiat.

Ibn al-Qayyim menyebut: “Jika hati sudah semakin gelap, maka amat sulit untuk mengenal petunjuk kebenaran.” (Lihat Madarij al-Salikin, 2/292)

Seorang yang tidak taat kepada Allah SWT dan hati mereka telah menjadi keras, maka mereka tidak akan peduli, atau malah berbangga diri ketika melakukan kemungkaran dan dosa.

Itu tandanya, hati telah mati.

(Syekh Ibnu Atha'illah dalam Al Hikam),

من علامات موت القلب عدم الحزن على ما فاتك من الموافقات وترك الندم على ما فعلت من وجود الزلات

"Salah satu tanda matinya hati iaitu jika tidak merasa sedih atau susah kerana ketinggalan melakukan suatu amal perbuatan baik dan kewajiban. Serta tidak menyesal jika telah berbuat dosa atau perbuatan melanggar (syariat).”


Sayugianya bagi seorang Mukmin itu, apabila dia melihat sesuatu perbuatan dosa, maka dia haruslah bersungguh-sungguh menjauhinya. Hal ini sepertimana kata Abdullah ibn Mas’ud R.A:

‎إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ فِي أَصْلِ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ، وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ وَقَعَ عَلَى أَنْفِهِ

“Seorang Mukmin melihat dosa-dosanya seperti dia berada di bawah gunung, dia takut gunung itu akan menghempapnya. Sedangkan orang fajir (derhaka), dia melihat dosa-dosanya seperti melihat lalat hinggap di hidungnya.”

(HR Tirmizi, 2497)


Manusia kelihatannya bergembira, suka dan kadang-kadang berpesta dalam maksiat sebenarnya itu lahiriah yang dibuat-buat, tetapi hati mereka sentiasa dalam kesempitan. Inilah hakikat yang sebenar.

Firman Allah SWT:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ

Dan sesiapa yang berpaling ingkar dari ingatan dan petunjukKu, maka sesungguhnya adalah baginya kehidupan yang sempit, dan Kami akan himpunkan dia pada hari kiamat dalam keadaan buta.

(Thaha: 124)


Ibn Kathir berkata: “Siapa yang berpaling dari perintah Allah dan melupai-Nya, maka kehidupannya penuh kesempitan di dunia, tiada ketenangan dan tiada kelapangan pada dadanya. Bahkan dadanya sentiasa merasa sempit dek kerana kesesatannya sekalipun nampak diberi nikmat pada zahir dengan pakaian, makanan, tempat tinggal, tetapi hatinya tetap gundah gulana. “

(Mukhtasar Ibn Kathir, 2/497)

Justeru, sesungguhnya bila Allah ta’ala ta’ala masih memberi peluang dan kesempatan untuk dapat bertemu Ramadhan kali ini, maka bersungguh-sunguhlah untuk mohon keampunan dan bertaubatlah sungguh-sungguh demi kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akhirat.


رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Wahai Tuhan Kami, kurniakanlah kepada kami di dunia dengan kebaikan dan di akhirat dengan kebaikan. Dan selamatkanlah kami dari azab Neraka.”




ABi
Bisikan Ruh Ramadhan 11

Ramadhan dan puasa mengajar manusia supaya serius bersiap sedia untuk menghadapi kehidupan akhirat. Kehidupan dunia sudah terlalu memenatkan. Sehingga manusia lupa, lalai, cuai dan abaikan persiapan akhirat.

Sebenarnya, dunia dijadikan untuk ditundukkan menjadi ‘hamba’ manusia sebagai khalifah.

أَلَمْ تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُم مَّا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ‎﴿لقمان: ٢٠﴾‏

Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi

(Luqman: 20)

Namun, yang sering terjadi ialah manusia pula yang menjadi hamba kepada dunia.

بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا ‎﴿١٦﴾‏ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ ‎﴿١٧﴾‏

Tetapi kamu memilih kehidupan duniawi. (16) Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (17)

(Al A’laa : 16-17)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ وَعَبْدُ الدِّرْهَمِ وَعَبْدُ الْخَمِيصَةِ إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ وَإِنْ لَمْ يُعْطَ سَخِطَ

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu dari Nabi ﷺ bersabda, "Binasalah hamba dinar, binasalah hamba dirham, binasalah hamba al khomisah (kain tebal dan sutra), jika diberi maka ia redha jika tidak diberi maka ia marah mencela.

(HR Bukhari, 2673)

Justeru, kenalilah dan sedarilah hakikat dunia yang sebenar agar tidak dikaburi matlamat hidup sebenar di akhirat nanti.

Rasulullah ‎ﷺ bersabda:

مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَـهُ ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّـتَهُ جَمَعَ اللهُ لَهُ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِـيْ قَلْبِهِ ، وَأَتَـتْهُ الدُّنْـيَا وَهِـيَ رَاغِمَـةٌ

Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allâh akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia mendapat dunia menurut apa yang telah ditetapkan baginya. Dan barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allâh Azza wa Jalla akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.

(HR. Ahmad, V/183; Ibnu Mâjah, no. 4105)

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

مُحِبُّ الدُّنْيَا لَا يَنْفَكُّ مِنْ ثَلَاثٍ : هَمٌّ لَازِمٌ ، وَتَعَبٌ دَائِمٌ ، وَحَسْرَةٌ لَا تَنْقَضِى.

Pecinta dunia tidak akan terlepas dari tiga hal : kesedihan (kegelisahan) yang terus-menerus; keletihan (kerana mengejar dunia) yang berterusan; dan penyesalan yang tidak pernah berhenti.






ABi
Bisikan Ruh Ramadhan 12

Memperingati Nuzul Al Quran :
Al Quran dan Puasa.

Firman Allah ta’ala,

إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَّن تَبُورَ ‎﴿٢٩﴾‏ لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُم مِّن فَضْلِهِ ۚ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ ‎﴿٣٠﴾‏ ‎﴿فاطر: ٢٩-٣٠﴾‏

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, (29) agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (30)

(Fathir: 29-30)

Daripada Abu Hurairah RA, bahawa Nabi ‎ﷺ bersabda:
 
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ، يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ، وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمِ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ، لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ

“Dan tidaklah satu kaum itu berkumpul di rumah-rumah Allah (masjid) sambil membaca al-Quran dan mempelajarinya sesama mereka ( bertadarus) melainkan turunnya ketenangan kepada mereka, diliputi oleh rahmat Allah serta malaikat mengerumuninya dan Allah menjadikan makhluk-makhluk yang berada di sisi-Nya menyebut-nyebut mereka. Dan barangsiapa yang amalnya perlahan, maka nasabnya tidak dapat mengangkat darjatnya itu”.

(HR Muslim, 2699)

Daripada Abdullah bin ‘Amr RA berkata, bahawa Nabi ‎ﷺ bersabda:
 
الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، يَقُولُ الصِّيَامُ: أَيْ رَبِّ، مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ، فَشَفِّعْنِي فِيهِ، وَيَقُولُ الْقُرْآنُ: مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ، فَشَفِّعْنِي فِيهِ، قَالَ: فَيُشَفَّعَانِ

“Puasa dan al-Quran akan memberi syafaat buat hamba pada hari kiamat. Puasa berkata: “Wahai Rab!, Aku telah menahannya daripada makan dan syahwat pada siang hari, maka izinkan aku memberi syafaat kepadanya. Al-Quran pula berkata: Aku telah menahannya daripada tidur pada malam hari, maka izinkan aku memberi syafaat kepadanya. Kemudian, keduanya memberi syafaat (kepada orang yang melakukannya).”

(HR Ahmad,6626 dan al-Thabarani, 88)

Justeru, ambillah peluang dan kesempatan di bulan Ramadhan ini untuk menjadikan Al Quran dan Puasa sebagai teman pensyafaat di akhirat nanti.



ABi
Bisikan Ruh Ramadhan 13

Ramadhan dan puasa mengajar dan mendidik ruh, hati dan nafsu.

Ramadhan dipenuhi dengan keberkatan agar,

- Segala dosa diampuni. Lantas hati jadi bersih dari kotoran.

- Pahala kebaikan memenuhi ruang hati. Hati jadi tenang dan lapang.

- Ibadat wajib dan sunat jadi saluran mengaup segala kebaikan dan pahala untuk bekal akhirat. Ruh jadi kuat dan segar.

- Kesempatan untuk merasai sentuhan rahmat Allah ta’ala sehingga terasa pengawasanNya dalam sepanjang hari kehidupan.

Di bulan-bulan lain, ruh dan hati sukar untuk merasa kemanisan dan kelazatan beribadah kerana kecenderungan nafsu sering menghijab. Puasa dapat memecah dan melemahkan keinginan nafsu. Lantas, ruh dan hati dapat memenangi jiwa seorang hamba.

Justeru, laluilah Ramadhan dan puasa dengan cita-cita menjadi seorang hamba Allah yang hakiki, dan bukannya menjadi hamba nafsu, agar kepulanganmu kepadaNya nanti di akhirat disambut dengan kesejahteraan dan keselamatan.

إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ ‎﴿٤٥﴾‏ ادْخُلُوهَا بِسَلَامٍ آمِنِينَ ‎﴿٤٦﴾‏ وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِم مِّنْ غِلٍّ إِخْوَانًا عَلَىٰ سُرُرٍ مُّتَقَابِلِينَ ‎﴿٤٧﴾‏ لَا يَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌ وَمَا هُم مِّنْهَا بِمُخْرَجِينَ ‎﴿٤٨﴾‏
‌‎﴿الحجر: ٤٥-٤٨﴾‏

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam surga (taman-taman) dan (di dekat) mata air-mata air (yang mengalir). (45) (Dikatakan kepada mereka): "Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera lagi aman" (46) Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. (47) Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya. (48)

(Al Hijr: 45-48)





ABi
Bisikan Ruh Ramadhan 14

Dalam hidup dunia kini,

Nafsu sering dijadikan sandaran dan neraca nilaian manusia kini dalam menentukan betul atau salah.

Sedangkan nafsu sering mengajak kepada kejahatan dan kebinasan. Bahkan, kebanyakan dosa berpunca dari dorongan dari keinginan nafsu tanpa disedari.

Sabda Ar Rasul ‎ﷺ ,


ثلاث مهلكات: شح مطاع، وهوى متبع، وإعجاب المرء بنفسه
(رواه البزار والطبراني)

Tiga perkara yang membinasakan dan tiga perkara yang menyelamatkan. Adapun tiga perkara yang membinasakan adalah: kebakhilan dan kerakusan yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan  membanggakan seorang akan diri sendiri.

(HR Al Bazaar, At Thabarani)


Kecuali bila mana nafsu itu dilindungi oleh rahmat kasih sayang Allah.

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿يوسف: ٥٣﴾

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.

(Yusuf: 53)

Nafsu perlu ditentukan betul atau salah kehendaknya oleh nilaian syarak.

وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ وَمَن فِيهِنَّ بَلْ أَتَيْنَاهُم بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَن ذِكْرِهِم مُّعْرِضُونَ ﴿المؤمنون: ٧١﴾

Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al Quran) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.

(Al Mukminun: 71)

Perjuangan hakiki bermula dengan perjuangan menundukkan nafsu kerana ianya berterusan hingga akhir hayat.

و المجاهد من جاهد نفسه في طاعة الله

“Dan yang disebut dengan
mujahid (orang yang berjuang) adalah orang yang bersungguh-sungguh (menundukkan) nafsunya dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah”

(HR Ahmad)

Syeikh ‘Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah menjelaskan hadis ini,

“Mujahid, مجاهد ditafsirkan sebagai orang yang bersungguh-sungguh menundukkan hawa nafsunya dalam ketaatan kepada Allah. Hal ini kerana kecenderungan jiwa adalah malas melakukan kebaikan, cenderung memerintahkan kejahatan, dan mudah mengeluh ketika ada musibah. Oleh kerana itu, diperlukan kesabaran dan kesungguhan dalam komitmen untuk taat kepada Allah, perlu keteguhan dalam ketaatan, perlu bersungguh-sungguh melawan perbuatan maksiat kepada Allah, serta bersungguh-sungguh dalam sabar ketika ditimpa musibah. Yang dimaksud ketaatan di sini adalah melaksanakan perintah, menjauhi perkara yang terlarang, dan sabar menghadapai takdir. Seorang mujahid yang hakiki adalah yang bersungguh-sungguh menunaikan tugas dan kewajibannya”

(Bahjatu Quluubil Abrar, dinukil dari Anwaarul Bayaan fii Durusi Ramadhan).

Beruntunglah mereka yang sentiasa mendidik dan menundukkan nafsunya kepada syariat Allah, tambah lagi serius dan agresif dalam mujahadah di bulan Ramadhan Al Mubarak ini.



ABi
Bisikan Ruh Ramadhan 15

Nafsu asasnya ada dalam diri setiap manusia. Namun kecenderungan kepada menuruti syahwat itulah yang akan membinasakan.

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ﴿آل عمران: ١٤﴾

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (14)

(Ali ‘Imran: 14)

Syahwat menarik manusia jauh dari jalan ketaatan.

وَاللَّهُ يُرِيدُ أَن يَتُوبَ عَلَيْكُمْ وَيُرِيدُ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الشَّهَوَاتِ أَن تَمِيلُوا مَيْلًا عَظِيمًا ‎﴿النساء: ٢٧﴾

Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran). (27)

(An Nisa’: 27)

Syahwat menjerumuskan manusia ke lembah kesesatan.

فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا ‎﴿مريم: ٥٩﴾‏

Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan, (59)

(Maryam: 59)


Justeru, manusia perlukan rasa takut (khauf) kepada Allah, dan berusaha bermujahadah untuk mengekang dan menahan nafsunya dari menuruti kecenderungan syahwatnya.

وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ﴿٤٠﴾فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَىٰ﴿٤١﴾‏ ‎﴿النازعات: ٤٠-٤١﴾

Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, (40) maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya). (41)

(An Nazi’at: 40-41)



Ambillah keberkatan Ramadhan untuk mendidik hatimu agar tumbuh rasa takut pada Allah ta’ala agar nafsumu akan tunduk mentaatiNya.





ABi
Bisikan Ruh Ramadhan 16


Di antara nikmat yang dirasai oleh ahli syurga:

1. Perasaan gembira, sudah tidak ada lagi rasa takut bimbang dan kesedihan

فَرِحِينَ بِمَآ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضْلِهِۦ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِٱلَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا۟ بِهِم مِّنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿١٧٠﴾

Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

(Ali Imran : 170)

2. Tiada lagi apa-apa yang menyebabkan kesedihan, kepenatan dan kelesuan.

وَقَالُوا۟ ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِىٓ أَذْهَبَ عَنَّا ٱلْحَزَنَ ۖ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ ﴿٣٤﴾ ٱلَّذِىٓ أَحَلَّنَا دَارَ ٱلْمُقَامَةِ مِن فَضْلِهِۦ لَا يَمَسُّنَا فِيهَا نَصَبٌ وَلَا يَمَسُّنَا فِيهَا لُغُوبٌ ﴿٣٥﴾

Dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampum lagi Maha Mensyukuri.(34) Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; didalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu".(35)

(Fathir : 34 - 35)

3. Hilangnya perasaan kedengkian dan dendam kesumat

وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِم مِّنْ غِلٍّ تَجْرِي مِن تَحْتِهِمُ الْأَنْهَارُ ۖ وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّـهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَـٰذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّـهُ ۖلَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ ۖ وَنُودُوا أَن تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ ﴿٤٣﴾

Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran". Dan diserukan kepada mereka: "ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan".

(Al A'raaf : 43)

4. Sejahtera hati.

ٱدْخُلُوهَا بِسَلَـٰمٍ ءَامِنِينَ ﴿٤٦﴾ وَنَزَعْنَا مَا فِى صُدُورِهِم مِّنْ غِلٍّ إِخْوَ‌ٰنًا عَلَىٰ سُرُرٍ مُّتَقَـٰبِلِينَ﴿٤٧﴾ لَا يَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌ وَمَا هُم مِّنْهَا بِمُخْرَجِينَ ﴿٤٨﴾

(Dikatakan kepada mereka): "Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera lagi aman"
(46) Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.(47) Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya.

(Al Hijr : 46-48)

5. Bahkan ahli syurga juga tidak akan merasai mengantuk dan tidor kerana keletihan, atau sebab yang lain.

فقد أخرج البزار والطبراني في الأوسط وابن مردويه والبيهقي في "البعث" بسند صحيح كما قال السيوطي عن جابر رضي الله عنه قال: قيل: يا رسول الله أينام أهل الجنة؟ قال: لا النوم أخو الموت، وأهل الجنة لا يموتون ولا ينامون.

Diriwayatkan oleh Al Bazzar dan At Thabarani ( Al Aswath ), dan Ibnu Mardawih dan Al Baihaqi ( Al Ba'ts ) dengan sanad yang sahih sebagaimana yang disebut oleh As Sayuthi daripada Jabir RA berkata:

Ditanyai ( oleh seseorang ) :
" Wahai Rasul Allah adakah ahli syurga itu tidor? ". Rasulullah ‎ﷺ menjawab : " Tidak. Tidor itu saudara kematian, dan ahli syurga itu tidak akan mati dan tidak tidor ".

Kerinduan kepada syurga bila tiada lagi permusuhan dalam hati ahlinya. Ketika dicabut ahli syurga dari hati mereka segala perasaan kedengkian dan dendam kesumat.

Subhanallah.

Oleh itulah, sejak di dunia lagi bakal-bakal ahli syurga telah berdoa untuk hari yang ditunggu-tunggu itu.

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِن بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ ﴿١٠﴾
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang".

(Al Hasyr : 10)


Justeru, ambillah peluang Ramadhan ini untuk mengejar syurga itu. Semoga kita termasuk di dalam senarai golongan yang dibebaskan dari neraka Allah di bulan Ramadhan ini, dan menghirup haruman bau hembusan bayu syurga.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِي مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنْ النَّارِ وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ

Dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah ‎ﷺ bersabda:

" Pada malam pertama bulan Ramadhan syaitan-syaitan dan jin-jin yang jahat dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satupun pintu yang terbuka dan pintu-pintu syurga dibuka, tidak ada satupun pintu yang tertutup, serta seorang penyeru menyeru, wahai yang mengharapkan kebaikan bersegeralah (kepada ketaatan), wahai yang mengharapkan keburukan/maksiat berhentilah, Allah memiliki hamba-hamba yang bebas selamat dari api neraka pada setiap malam di bulan Ramadlan. "

(HR Tirmizi 618)

Munajat kami hambaMu Ya Allah!

اللهم إنا نسألك رضاك والجنةونعوذبك من سخطك والنار

Ya Allah! Kami memohon keredhaanMu dan syurgaMu dan kami berlindung dengan rahmat kash sayangMu dari kemurkaan dan nerakaMu.

اللهم إنا نسألك الجنة وما يُقرّبُنا إليها
من قول وعمل ونية وإعتقاد ونعوذبك من النار وما يُقرّبُنا إليها من قول وعمل ونية وإعتقاد.

Ya Allah! kami pohon syurga dan segala apa yang mendekatkan kami kepadanya daripada perkataan, amalan, niat dan pegangan hati. Dan kami berlindung dengan rahmat kasih sayangMu dar neraka dan segala apa yang mendekatkan kami kepadanya daripada perkataan, amalan, niat dan pegangan hati.

Amin Ya Rabb!




ABi
Bisikan Ruh Ramadhan 17

Ada tujuh kemuliaan lailatul qadar :

1- Lailatul Qadar adalah waktu diturunkannya Al Qur’an

Ibnu ‘Abbas dan selainnya mengatakan:

“Allah menurunkan Al Qur’an secara sekaligus dari Lauhul Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah yang ada di langit dunia. Kemudian Allah menurunkan Al Qur’an kepada Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam- tersebut secara terpisah sesuai dengan kejadian-kejadian yang terjadi selama 23 tahun.”

(Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim )

2- Lailatul Qadar lebih baik dari 1000 bulan

Allah Ta’ala berfirman:

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.”

(Al Qadar: 3)

An Nakha'i mengatakan:

“Amalan di lailatul qadar lebih baik dari amalan di 1000 bulan.”

Mujahid, Qotadah dan ulama lainnya berpendapat bahwa yang dimaksud dengan lebih baik dari seribu bulan adalah salat dan amalan pada lailatul qadar lebih baik dari salat dan puasa di 1000 bulan yang tidak terdapat lailatul qadar.

3- Lailatul Qadar adalah malam yang penuh keberkatan.

Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ

Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkati dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.

(Ad Dukhan : 3)

Malam penuh keberkatan ini adalah malam ‘lailatul qadar’ .

4- Malaikat dan juga Ar Ruuh -iaitu malaikat Jibril- turun pada Lailatul Qadar.

Keistimewaan Lailatul Qadar ditunjukki dengan turunnya malaikat.

Allah Ta’ala berfirman:

تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا

Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril.

(Al Qadar: 4)

Banyak malaikat yang akan turun pada Lailatul Qadar karena banyaknya keberkatan pada malam tersebut. Turunnya malaikat menandakan turunnya keberkatan dan rahmat. Sebagaimana malaikat turun ketika ada yang membacakan Al Qur’an, mereka akan mengelilingi orang-orang yang berada dalam majlis zikir iaitu majlis ilmu. Dan malaikat akan meletakkan sayap-sayap mereka pada penuntut ilmu kerana malaikat sangat mengagungkan mereka.

Malaikat Jibril disebut “Ar Ruuh” dan istimewa dalam ayat itu kerana menunjukkan kemuliaan (keutamaan) malaikat tersebut.

5- Lailatul Qadar disifati dengan ‘salaam’

Yang dimaksud ‘salaam’ dalam ayat:

سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْر
Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar

(Al Qadr: 5)

iaitu malam tersebut penuh keselamatan di mana syaitan tidak dapat berbuat apa-apa di malam tersebut baik berbuat jahat atau mengganggu yang lain.

6- Lailatul Qadar adalah malam dicatatnya takdir tahunan

Allah Ta’ala berfirman:

فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ

Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah

(Ad Dukhan: 4)

Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menerangkan bahwa pada Lailatul Qadar akan diperincikan di Luh Mahfuz mengenai penulisan takdir dalam setahun, juga akan dicatat ajal dan rezki. Dan juga akan dicatat segala sesuatu hingga akhir dalam setahun.

7- Dosa setiap orang yang menghidupkan malam ‘Lailatul Qadar’ akan diampuni oleh Allah

Dari Abu Hurairah, dari Nabi ‎ﷺ bersabda:

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barangsiapa melaksanakan salat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.

(HR. Bukhari, 1901)

Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan bahwa yang dimaksud ‘إيمانا’ (kerana keimanan) adalah membenarkan janji Allah yaitu pahala yang diberikan (bagi orang yang menghidupkan malam tersebut).

Sedangkan ‘احتسابا’ bermakna mengharap pahala (dari sisi Allah), bukan kerana mengharap lainnya iaitu contohnya berbuat riya’ untuk mendapat pujian manusia.


Justeru, jadikanlah 10 malam terakhir ini adalah lailatul qadar bagimu. Nescaya, engkau akan dianugerahi oleh Allah ta’ala akan lailatul qadar.


ABi
Bisikan Ruh Ramadhan 18

Manusia jadi sombong, angkuh, takabbur banyak sebabnya,
di antaranya ialah:

1. Rupa kejadian ( kecantikan, ketampanan, imej dan keterampilan ) . Ini akibat mewarisi sikap dan perangai Iblis laknatullah 'alaih...

قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ ۖ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِي مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُ مِن طِينٍ ﴿١٢﴾

Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah".

Al A'raaf : 12

2. Ilmu dan pengetahuan

Sebagaimana pernyataan sombong Qarun yang dirakam Allah dalam Al Quran,

قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍ عِندِي ۚ(٧٨)

Qarun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku".

Al Qasas : 78

قال ابن القيم رحمه الله :
"التفاخر بالعلم أسوأ حالاً عند الله من التفاخر بالمال والجاه ...!!"
[عدة الصابرين : (صـ197)]

Berkata Ibnu Qoyyim rahimahulloh ta'aala:
" Berbangga- bangga dengan ilmu adalah keadaan yang paling jelek disisi Alloh dari pada berbangga- bangga dengan harta dan kedudukan...!!

('Iddatush Shobirin : 197 )

Al Imam Adz Dzahabi rahimahullah berkata, “Kesombongan yang paling buruk adalah orang yang menyombongkan diri di hadapan manusia dengan ilmunya, merasa dirinya besar dengan kemuliaan yang dia miliki. Bagi orang tersebut tidak bermanfaat ilmunya untuk dirinya. Barangsiapa yang menuntut ilmu demi akhirat maka ilmunya itu akan menimbulkan hati yang khusyuk serta jiwa yang tenang. Dia akan terus mengawasi dirinya dan tidak bosan untuk terus memperhatikannya, bahkan setiap saat dia selalu bermuhasabah dan meluruskannya. Apabila dia lalai dari hal itu, dia akan menyimpang dari jalan yang lurus dan akan binasa. Barangsiapa yang menuntut ilmu untuk membanggakan diri dan meraih kedudukan, memandang remeh kaum muslimin yang lainnya serta membodoh-bodohkan dan merendahkan mereka, maka hal ini merupakan kesombongan yang paling besar. Tidak akan masuk syurga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walaupun hanya sebesar zarrah (biji sawi). Laa haula wa laa quwwata illaa billah.”

(Al Kabaa’ir ma’a Syarh li Ibni al ‘Utsaimin hal. 75-76, cet. Daarul Kutub ‘Ilmiyah.)

3. Ibadat dan amalan

قال ابن عطاء الله السكندري (رحمه الله)
رب معصية اورثت ذلاً وانكساراً خير من طاعة اورثت عزاً واستكباراً.

Ibnu Athaillah Al Iskandari Rahimahullahu ta'ala berkata :

“ Kadangkala perbuatan dosa yang melahirkan perasaan hina dan kerendahan hati itu lebih baik ( kesannya pada individu - pent ), dari ketaatan yang melahirkan rasa mulia dan kesombongan.”

( Kitab Al Hikam )

وقال الإمام ابن القيم:

إنك إن تبيت نائماً وتصبح نادماً؛ خير من أن تبيت قائماً وتصبح معجباً، فإن المعجب لا يصعد له عمل.

Ibnul Qayyim berkata:

"Sungguh jika kamu tidur di malam hari dan berpagi hari dalam keadaan menyesal (kerana tidak qiyamul lail), itu jauh lebih baik daripada kamu bermalam lalu bangun untuk melaksanakan qiyamul lail namun berpagi hari dalam keadaan berbangga diri. Kerana sesungguhnya orang yang ujub amalnya tidak diangkat (tidak diterima) atasnya."

(Madarijus Salikin 1/177)

4. Harta dan pengikut

Allah ta’ala banyak memberi contoh dalam Al Quran individu dan kaum yang sombong supaya dijadikan sempadan,

وَكَانَ لَهُ ثَمَرٌ فَقَالَ لِصَاحِبِهِ وَهُوَ يُحَاوِرُهُ أَنَا أَكْثَرُ مِنكَ مَالًا وَأَعَزُّ نَفَرًا ﴿٣٤﴾

dan dia mempunyai kekayaan besar, maka ia berkata kepada kawannya (yang mukmin) ketika bercakap-cakap dengan dia: "Hartaku lebih banyak dari pada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat"

Al Kahfi : 34

فَأَمَّا عَادٌ فَاسْتَكْبَرُوا فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَقَالُوا مَنْ أَشَدُّ مِنَّا قُوَّةً ۖ (١٥)

Adapun kaum 'Aad maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata: "Siapakah yang lebih besar kekuatannya dari kami?"

Fussilat :15

4. Pangkat, kedudukan dan kekuasaan

وَاسْتَكْبَرَ هُوَ وَجُنُودُهُ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ إِلَيْنَا لَا يُرْجَعُونَ ﴿٣٩﴾
dan berlaku angkuhlah Fir'aun dan bala tentaranya di bumi (Mesir) tanpa alasan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami.

Al Qasas : 39

5. Nasab dan keturunan

Sedangkan berbangga-bangga dengan keturunan itu termasuk perilaku jahiliyah.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدْ أَذْهَبَ عَنْكُمْ عُبِّيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ وَفَخْرَهَا بِالْآبَاءِ مُؤْمِنٌ تَقِيٌّ وَفَاجِرٌ شَقِيٌّ أَنْتُمْ بَنُو آدَمَ وَآدَمُ مِنْ تُرَابٍ لَيَدَعَنَّ رِجَالٌ فَخْرَهُمْ بِأَقْوَامٍ إِنَّمَا هُمْ فَحْمٌ مِنْ فَحْمِ جَهَنَّمَ أَوْ لَيَكُونُنَّ أَهْوَنَ عَلَى اللَّهِ مِنْ الْجِعْلَانِ الَّتِي تَدْفَعُ بِأَنْفِهَا النَّتِنَ

Daripada Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

“Sesungguhnya Allah telah menghilangkan dari kalian kesombongan ala Jahilliyah dan kebanggaan kalian dengan nenek moyang. (Yang ada adalah) orang beriman yang bertakwa dan orang yang jahat yang sengsara. Kalian adalah anak cucu Adam, dan Adam tercipta dari tanah. Maka, hendaklah orang-orang meninggalkan kebanggaan mereka terhadap kaumnya; sebab mereka hanya (akan) menjadi arang jahannam, atau di sisi Allah mereka akan menjadi lebih hina dari serangga yang mendorong kotoran dengan hidungnya."

HR Abu Daud

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا أَبَانُ بْنُ يَزِيدَ ح و حَدَّثَنِي إِسْحَقُ بْنُ مَنْصُورٍ وَاللَّفْظُ لَهُ أَخْبَرَنَا حَبَّانُ بْنُ هِلَالٍ حَدَّثَنَا أَبَانُ حَدَّثَنَا يَحْيَى أَنَّ زَيْدًا حَدَّثَهُ أَنَّ أَبَا سَلَّامٍ حَدَّثَهُ أَنَّ أَبَا مَالِكٍ الْأَشْعَرِيَّ حَدَّثَهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَرْبَعٌ فِي أُمَّتِي مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ لَا يَتْرُكُونَهُنَّ الْفَخْرُ فِي الْأَحْسَابِ وَالطَّعْنُ فِي الْأَنْسَابِ وَالْاسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُومِ وَالنِّيَاحَةُ وَقَالَ النَّائِحَةُ إِذَا لَمْ تَتُبْ قَبْلَ مَوْتِهَا تُقَامُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَعَلَيْهَا سِرْبَالٌ مِنْ قَطِرَانٍ وَدِرْعٌ مِنْ جَرَبٍ

"Ada empat perkara yang masih ada pada umatku yang termasuk perilaku Jahiliyah yang tidak akan mereka tinggalkan, yaitu membanggakan nenek moyang, mencela kerabat, meminta hujan dengan bintang dan meratapi kematian. Dan baginda bersabda: Orang yang meratapi mayyit, jika ia belum bertaubat sebelum ajalnya tiba maka pada hari kiamat ia akan dibangkitkan dengan memakai baju panjang yang berwarna hitam dan memakai perisai dari pedang yang sudah karatan.."

HR Muslim


وقال: {كَذَلِكَ يَطْبَعُ اللَّهُ عَلَى كُلِّ قَلْبِ مُتَكَبِّرٍ جَبَّارٍ} [غافر: 35]

Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang.

Ghafir :35



Justeru, perhalusilah hati agar jangan ada kesombongan, keangkuhan dan takabbur dalam dirimu. Belajarlah merendahkan keegoan diri di bulan Ramadhan ini. Semoga keberkatan yang dicurah di dalam Ramadhan dapat menyulam kerendahan diri dalam dirimu.



ABi
Bisikan Ruh Ramadhan 19


Kerana ada nafsulah, manusia berkeinginan untuk melihat dengan matanya, mendengar dengan telinganya, mencium dengan hidungnya, berbicara dengan lidahnya, memegang dan menyentuh dengan tangannya, berjalan dengan kakinya, juga merasa kesedapan makan dan minum dengan perutnya.

Kerana bernafsulah juga, hati manusia dikuasai oleh berbagai keinginan syahwat sehingga munculnya berbagai penyakit-penyakit syahwat di dalam hati seperti angkuh takabbur, hasad dengki, riya', 'ujub, bakhil, gilakan dunia, pangkat kedudukan, harta, malas, lemah, rendah himmah, lalai ghaflah, cuai taqsir, ghurur tertipu dengan dunia, kendur futur jiwa, ...

Kebanyakan dosa dan maksiat juga berpunca daripada menurut kehendak dan keinginan nafsu. Bahkan manusia sering kembali tercebur kepada dosa dan maksiat juga adalah kerana angkara nafsu, biar pun sering melafazkan " sudah bertaubat".

Nafsu tidak akan pernah berhenti, daripada cenderung kepada kejahatan kecuali yang mendapat rahmat kasih sayang Allah ta’ala.

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي ۚ إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي ۚإِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿٥٣﴾

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.

(Yusuf : 53)

Alangkah beruntungnya hamba yang dapat menahan, menundukkan dan mengasuh nafsunya.

وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ ﴿٤٠﴾ فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَىٰ ﴿٤١﴾

Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,(40) maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).(41)

(An Nazi'at : 40-41)

Sehinggalah tatkala ia dipanggil oleh Allah 'azza wa jalla sebagai nafsu yang tenang tenteram.

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ﴿٢٧﴾ ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨﴾ فَادْخُلِي فِي عِبَادِي ﴿٢٩﴾ وَادْخُلِي جَنَّتِي ﴿٣٠﴾

Hei jiwa yang tenang(27) Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas ridha lagi diridhai-Nya.(28) Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,(29) masuklah ke dalam surga-Ku.(30)

(Al Fajr : 27-30)


Justeru, teruskanlah mujahadah dengan gigih di bulan Ramadhan ini, kerana biarpun syaitan dibelenggu, namun nafsu yang merupakan rakan syubhat dan tunggangannya masih berkuasa dalam diri kita. Mohonlah sungguh-sungguh padaNya agar Ia bersihkan hati dari karat dosa dan kotoran syahwat.




ABi
2024/09/21 17:25:35
Back to Top
HTML Embed Code: