π GONJIAM PSYCHIATRIC HOSPITAL, KOREA SELATAN
β β’ Gonjiam Psychiatric Hospital adalah sebuah rumah sakit jiwa terbengkalai yang terletak di dekat Gwangju, Korea Selatan, dan dikenal luas sebagai salah satu tempat paling angker di negara tersebut. Rumah sakit ini ditutup pada tahun 1990-an, dan sejak saat itu, menjadi lokasi favorit bagi penjelajah urban (urban explorers) dan para pemburu hantu, karena suasananya yang mencekam dan banyaknya cerita tentang aktivitas paranormal yang terjadi di sana.
β β’ Bangunannya yang tua, lorong-lorong gelap, serta perabotan rumah sakit yang ditinggalkan begitu saja menambah kesan horor yang kental. Banyak yang percaya bahwa tempat ini menyimpan energi negatif dan menjadi
βrumahβ
bagi arwah-arwah yang belum tenang
.
ποΈKEMATIAN MISTERIUS
β β’Gonjiam didirikan pada tahun 1960-an, berfungsi sebagai rumah sakit jiwa yang menampung puluhan pasien dengan gangguan mental. Namun pada awal 1990-an, rumah sakit itu tiba-tiba ditutup tanpa pengumuman, tanpa evakuasi resmi. Dokter, pasien, dan staf hilang tanpa jejak.
β β’Rumornya, pasien-pasien mulai meninggal secara misterius, satu per satu. Bukan karena penyakit. Bukan karena kekerasan. Mereka hanya mati. Dalam diam. Dalam ketakutan. Di balik dinding kamar yang kini hanya menyisakan ranjang berkarat dan sisa pakaian yang membusuk.
β β’ Ada desas-desus bahwa dokter kepala rumah sakit mengalami gangguan jiwa, dan ia menyiksa pasien secara diam-diam di ruang bawah tanah, melakukan eksperimen kejam demi βmenyembuhkanβ mereka. Banyak yang percaya bahwa ritual sesat juga dilakukan pengorbanan jiwa-jiwa yang tak bersalah sebagai tumbal untuk sesuatu yang lebih gelap.
ποΈRUMAH AMELIA DYER, ENGLAND
β β’ Amelia Dyer adalah seorang pembunuh berantai wanita yang terkenal di era Victoria, Inggris. Ia tinggal di beberapa rumah selama hidupnya, namun salah satu yang paling dikenal adalah rumahnya di kawasan Reading, Inggris, yang menjadi tempat terjadinya kejahatan mengerikan yakni pembunuhan terhadap puluhan, bahkan ratusan bayi.
ποΈBISNIS ADOPSI AMELIA YANG BERUJUNG MAUT
β β’ Pada akhir abad ke-19, Inggris mengalami masa sulit bagi para wanita yang hamil di luar nikah. Karena tekanan sosial dan ekonomi, banyak ibu muda yang terpaksa menyerahkan bayi mereka untuk diadopsi. Amelia Dyer memanfaatkan kondisi ini.
β β’ Amelia membuka βlayanan adopsi bayiβ, mengaku akan merawat dan membesarkan bayi-bayi yang dititipkan kepadanya dengan imbalan uang. Namun kenyataannya, setelah menerima bayi dan pembayaran, ia akan membunuh bayi-bayi itu, biasanya dengan mencekik atau menenggelamkan mereka, lalu membuang jasadnya ke sungai atau menguburnya secara diam-diam.
ποΈPENEMUAN MAYAT DI SUNGAI THAMES
β β’ Saat membuang jenazah kedua bayi tersebut, Amelia Dyer tidak menyadari bahwa kegiatan kejamnya mulai terbongkar. Sebelumnya, pada 30 Maret, sebuah bungkusan mencurigakan ditemukan di Sungai Thames. Setelah diperiksa, isi bungkusan tersebut ternyata adalah mayat seorang bayi perempuan, yang kemudian diidentifikasi sebagai Helena Fry.
β β’ Penyelidikan polisi mengarah ke rumah Amelia, dan pada 4 April, wanita itu akhirnya ditangkap. Dari hasil penyelidikan, terungkap bahwa Amelia telah lama melakukan praktik kejam ini, dan sering berpindah-pindah tempat untuk menghindari kecurigaan.
β β’ Diperkirakan, selama lebih dari satu dekade menjalankan praktik adopsi palsu ini, Amelia telah membunuh lebih dari 300 bayi dan anak kecil.
ποΈ LAWANG SEWU, INDONESIA
β β’ Lawang Sewu yang merupakan bahasa jawa berarti 'seribu pintu'. Nama tersebut juga sebuah julukan supaya masyarakat lebih mudah menyebutkannya. Dalam bahasa Belanda, Lawang Sewu dikenal sebagai Het Administratiegebouw van de Nederlandsch-Indische Spoorweg-Maatschappij, yang berarti βGedung Administrasi Perusahaan Kereta Api Hindia Belandaβ.
β β’ Gedung Lawang Sewu dibangun pada tahun 1904 oleh pemerintahan kolonial Belanda sebagai kantor pusat
Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Arsitekturnya
yang megah dan khas Eropa menampilkan ratusan daun pintu dan jendela tinggi.
ποΈ SUARA TERIAKAN DI SUMUR TUA LAWANG SEWU
β β’ Tepat di depan gedung utama Lawang Sewu, sedikit tersembunyi di antara taman dan pepohonan, terdapat sebuah sumur tua yang kini ditutup rapat dan dikelilingi pagar besi. Kebanyakan pengunjung tak menyadari keberadaannya, karena tak ada papan penanda, dan tempat itu pun sudah lama tidak dibuka untuk umum.
β β’ Pada masa pendudukan Jepang, gedung Lawang Sewu diambil alih oleh tentara Jepang dan dijadikan markas serta tempat interogasi. Sumur tua ituβyang awalnya hanya digunakan sebagai penampungan airβberubah fungsi menjadi tempat penyiksaan dan pembuangan mayat.
β β’ Menurut cerita yang dituturkan secara turun-temurun, tentara Jepang kerap menyiksa tawanan mereka di bibir sumur. Mereka diikat, dipukuli, lalu dilemparkan hidup-hidup ke dalam sumur yang dalam dan gelap itu. Beberapa lainnya dikubur hidup-hidup, dibiarkan mati perlahan dalam kegelapan, ditemani suara tetesan air dan bau tanah yang menyesakkan.
π AMBER COURT GENTING HIGHLANDS:
π©πππππππ π»ππ ππππ π΄πππππ π πΌππππ π³πππππ
Sebuah bangunan apartemen megah yang pernah diimpikan menjadi simbol kemewahan di puncak Genting Highlands, kini berdiri sunyi, diliputi kabut tebal, lumut merah yang menjalar, dan kisah-kisah yang membuat banyak orang enggan mendekat.
Bangunan ini tak hanya menjadi saksi bisu keruntuhan ekonomi, tetapi juga rumah bagi reputasi angker yang membayangi hingga hari ini.
Amber Court dibangun pada awal 1990-an sebagai proyek apartemen servis mewah dengan lebih dari 700 unit. Lokasinya strategis, hanya beberapa menit dari kasino terkenal Resort World Genting.
Namun, krisis finansial Asia tahun 1997 meruntuhkan mimpi itu. Banyak unit dibiarkan kosong, dinding eksterior mulai ditumbuhi lumut merah, dan area sekitar perlahan seakan terasing.
Seiring waktu, cerita menyeramkan bermunculan:
ο»Ώ
Kini, meski beberapa unit sudah direnovasi menjadi hotel budget dan homestay, kesan mencekam tetap lekat pada nama Amber Court.
Namun, krisis finansial Asia tahun 1997 meruntuhkan mimpi itu. Banyak unit dibiarkan kosong, dinding eksterior mulai ditumbuhi lumut merah, dan area sekitar perlahan seakan terasing.
Seiring waktu, cerita menyeramkan bermunculan:
β’ Penampakan wanita berbaju putih di balkon lantai atas
β’ Suara tangisan di koridor
β’ Lift yang bergerak sendiri tanpa sebab
β’ Bayangan tinggi yang berdiri memandangi pengunjung
ο»Ώ
Kini, meski beberapa unit sudah direnovasi menjadi hotel budget dan homestay, kesan mencekam tetap lekat pada nama Amber Court.
π£ β ε½± : REVIEW AMBER COURT
Menurut saya pribadi, Amber Court adalah salah satu tempat paling menarik sekaligus meresahkan di Malaysia. Bukan hanya karena cerita hantu, tapi juga sejarah nyata di balik bangunannya. Ambisi besar yang berubah menjadi lambang keruntuhan ekonomi.
Jika kalian ingin merasakan atmosfer urban legend yang otentik, Amber Court bisa jadi pengalaman tak terlupakan. Tapi tentu saja, datanglah dengan persiapan mental, apalagi jika menginap di malam berkabut.
π£ β ε½± : INTERNATIONAL REVIEW
Amber Court telah menjadi ikon dark tourism dan urban exploration di Asia Tenggara.
Beberapa hal yang sering muncul dalam ulasan:
β΅ Positif:
β’ Harga inap terjangkau
β’ Pemandangan pegunungan indah
β’ Suasana sejuk dan sunyi
β© Negatif:
β’ Lorong gelap, suasana mencekamο»Ώ
β’ Lift lambat dan terkadang mati
β’ Banyak unit belum terawat
Meskipun banyak yang datang karena penasaran dengan cerita horor, faktanya bangunan ini tetap legal dioperasikan dan digunakan oleh wisatawan biasa.