PAGI SUKA HATI
Selamat pagi
Apa kabarmu di sana?
Lihatlah embun pagi
Bening di ujung dedaunan
Udara pagi ini segar, bukan?
Semalam hujan membasahi bumi
Dinginnya sampai ke hati
Namun selimut cinta menghangatkanku
Hingga gigil rindu tak membuat beku
Senyummu masih padaku
Pada jarak membentang
Waktu tak henti berdetak
Semua kita hadang
Demi rindu yang beranak pinak
Dan satu nama di hati dan benak
Selamat pagi hati
Mari kita kejar mentari.
Awanโ๏ธ
@Lucernas
Selamat pagi
Apa kabarmu di sana?
Lihatlah embun pagi
Bening di ujung dedaunan
Udara pagi ini segar, bukan?
Semalam hujan membasahi bumi
Dinginnya sampai ke hati
Namun selimut cinta menghangatkanku
Hingga gigil rindu tak membuat beku
Senyummu masih padaku
Pada jarak membentang
Waktu tak henti berdetak
Semua kita hadang
Demi rindu yang beranak pinak
Dan satu nama di hati dan benak
Selamat pagi hati
Mari kita kejar mentari.
Awanโ๏ธ
@Lucernas
Peluk Depresi
Pernah perih peluk depresi,
Sensasi sesaat diri guncang emosi,
Jasad bergerak, jalan tiada nyawa,
Nafas berhembus tanpa nafsu dan asa,
Seperti apa yang kau rasa,
Putus harap, pusat logika senyap,
Melihat kasih melangkah setapak gelap,
Berapa upaya seakan tak berbuah apa,
Hingga,
Tangis,
Jadi,
Pelabuhan,
Bahasa,
Sampaikan,
Segala,
Cerita,
Kita penuh uji DariNya.
Awanโ๏ธ
@Lucernas
Pernah perih peluk depresi,
Sensasi sesaat diri guncang emosi,
Jasad bergerak, jalan tiada nyawa,
Nafas berhembus tanpa nafsu dan asa,
Seperti apa yang kau rasa,
Putus harap, pusat logika senyap,
Melihat kasih melangkah setapak gelap,
Berapa upaya seakan tak berbuah apa,
Hingga,
Tangis,
Jadi,
Pelabuhan,
Bahasa,
Sampaikan,
Segala,
Cerita,
Kita penuh uji DariNya.
Awanโ๏ธ
@Lucernas
KETIKA TUHAN ADA
Aku di mana?
Atau aku sedang lupa?
Keluhku sepanjang hari
Hanya karena secuil luka diri
Ketika Tuhan ada
Aku berpura- pura tak mengenalNya
Bahkan aku sengaja lupa
Seakan aku bisa berbuat apa saja
Aku tak peduli jiwa raga
Kala ambisi meraja di kepala
Kini waktu telah mengubah segalanya
Dulu aku yang congkak, merasa berpunya
Buta hati buta mata
Menutup telinga
Dan melupa segala derita
Kini duniaku bagai neraka
Tersiksa sebab aku yang berbuat hina
Menjatuhkan diri ke dalam jurang dosa
Hanya karena nikmat sesaat
Jiwa ragaku pun terjerat
Ketika Tuhan ada
Aku ke mana?
Giliran Tuhan pergi
Baru kusadari diri
Sendiri menahan siksa
Terkapar di jurang dosa.
Awanโ๏ธ
@Lucernas
Aku di mana?
Atau aku sedang lupa?
Keluhku sepanjang hari
Hanya karena secuil luka diri
Ketika Tuhan ada
Aku berpura- pura tak mengenalNya
Bahkan aku sengaja lupa
Seakan aku bisa berbuat apa saja
Aku tak peduli jiwa raga
Kala ambisi meraja di kepala
Kini waktu telah mengubah segalanya
Dulu aku yang congkak, merasa berpunya
Buta hati buta mata
Menutup telinga
Dan melupa segala derita
Kini duniaku bagai neraka
Tersiksa sebab aku yang berbuat hina
Menjatuhkan diri ke dalam jurang dosa
Hanya karena nikmat sesaat
Jiwa ragaku pun terjerat
Ketika Tuhan ada
Aku ke mana?
Giliran Tuhan pergi
Baru kusadari diri
Sendiri menahan siksa
Terkapar di jurang dosa.
Awanโ๏ธ
@Lucernas
BELATI BERMATA DUA
Belati
Tajam sekali
Merobek isi hati
Pemotong daging dari besi
Belati
Berlidah api
Ibarat otak manusia
Berontak tapi tak berkepala
Belati
Runcing sekali
Ibarat mulut manusia
Pandai mencaci, mencela sesama
Belati
Bermata dua
Ibarat hati manusia
Penuh keculasan iri dengki
Awanโ๏ธ
@Lucernas
Belati
Tajam sekali
Merobek isi hati
Pemotong daging dari besi
Belati
Berlidah api
Ibarat otak manusia
Berontak tapi tak berkepala
Belati
Runcing sekali
Ibarat mulut manusia
Pandai mencaci, mencela sesama
Belati
Bermata dua
Ibarat hati manusia
Penuh keculasan iri dengki
Awanโ๏ธ
@Lucernas
Lucerna
"Kamu, ialah jingga yang terbit di ufuk timur, dan tenggelam di bagian barat. Mengisi hariku, dengan sinar kokohmu. Iya, kamu. Matahariku." Awanโ๏ธ @lucernas
"Jadikan alasan tujuan bahagiamu menjadi Mataharimu, maka kau akan merasakan cahaya semangat yang luar biasa dalam setiap pijakan langkahmu."
Begitulah caraku dalam menciptakan matahari.
Awanโ๏ธ
@Lucernas
Begitulah caraku dalam menciptakan matahari.
Awanโ๏ธ
@Lucernas
Forwarded from AlifBaTa
Menghilang dalam pekat malam
Berjalan dalam kehampaan
Terdiam terpaku terpana
Ditemani bahasa kesunyian
Saat itu,
Langit aku tatap
Taburan cahaya kerlipan bintang menghiasi
bumi. Aku Melayang bertanya
pada
bintang
tentang
erti
kita
Indahnya bukan reality
Rupanya dalam mimpi yang sempurna
Nafas
suara kau ibarat nafas,
setiap kali aku dengar,
aku rasa hidup.
dulu nafas itu terlampau banyak,
takkan pernah habis,
kini nafas itu dah terhad,
doakan aku ya untuk mampu bertahan.
jalan keluar kau dah jumpa,
selepas habis penat lelah kau hadap permainan kota sesat.
kini giliran aku pula untuk hadap, apa yang kau dah lalui.
sebelum ni kau nampak aku kuat sebab jiwa aku ada dekat kau lagi,
aku pandang remeh benda tu,
dan karma datang terajang sifat berlagak aku lepas kau bagi balik jiwa aku.
apabila jiwa ini kat tangan kau,
penuh kau isi bagi berfungsi sempurna,
sekarang semua benda tu kat tangan aku,
doakan aku selamat.
- 5:56 p.m, sabtu, 26 februari 2022.
@lucernas
suara kau ibarat nafas,
setiap kali aku dengar,
aku rasa hidup.
dulu nafas itu terlampau banyak,
takkan pernah habis,
kini nafas itu dah terhad,
doakan aku ya untuk mampu bertahan.
jalan keluar kau dah jumpa,
selepas habis penat lelah kau hadap permainan kota sesat.
kini giliran aku pula untuk hadap, apa yang kau dah lalui.
sebelum ni kau nampak aku kuat sebab jiwa aku ada dekat kau lagi,
aku pandang remeh benda tu,
dan karma datang terajang sifat berlagak aku lepas kau bagi balik jiwa aku.
apabila jiwa ini kat tangan kau,
penuh kau isi bagi berfungsi sempurna,
sekarang semua benda tu kat tangan aku,
doakan aku selamat.
- 5:56 p.m, sabtu, 26 februari 2022.
@lucernas
Forwarded from ๐๐๐ง๐ญ๐๐ง๐ ๐๐๐ฆ๐ฎ๐ค๐
Aku Tak Ingin Melupakanmu
Aku bisa saja berhenti, dengan menghapus semua pesan-pesan yang senantiasa kukunjungi kala rindu menggelayuti.
Atau, dengan menghapus ribuan foto kebersamaan, ratusan tangkapan layar, pun lagu-lagu yang selalu membuatku mengingatmu lagi, dan lagi.
Dan dengan tidak lagi menyimpan barang-barang yang mengingatkanku padamu, bahkan sekecil tiket nonton yang tetap kusimpan sampai sekarang.
Tapi semua tak kulakukan, aku tetap terpaku, tertinggal diantara bangunan yang sudah lama roboh pondasinya.
Aku memilih untuk tetap tinggal, menikmati semua sakit, menjalani semua perih, dan mencoba berdamai dengan perlahan.
Aku tidak ingin memaksakan apa-apa, terlebih perihal melupakanmu, biar saja semua berlalu dengan semestinya, aku tak akan mengingkari rindu-rindu itu, rasa kehilangan itu, kekosongan itu, sakit itu, dan semuanya.
Biar saja aku tetap sesekali menangisi kenangmu, kenang yang akan senantiasa tersimpan, biar saja aku menyesali pergimu, menikmati sakitku.
Kelak aku akan terbiasa, tanpamu, tanpa kabarmu, tanpa semua tentangmu.
Sampai menghapus semua pesan, lalu foto, pun barang-barang itu kulakukan dengan sedia, tanpa sedetik pun ketidakrelaan, sepercik pun kesedihan, terlebih tangisan.
Lalu diantara seluruh rela aku akan mengingatmu dengan biasa-biasa saja, tanpa debar itu lagi, tanpa sakit itu lagi, pun bukan dengan rindu yang semenggebu dulu.
Sebab mengatakan aku akan melupakanmu adalah mustahil, sebab mencoba untuk melupakanmu adalah sia-sia. Aku ingin terbiasa, mencapai titik rela, lalu mengingatmu dengan biasa-biasa saja.
@SemuanyaTentangKamuu
Aku bisa saja berhenti, dengan menghapus semua pesan-pesan yang senantiasa kukunjungi kala rindu menggelayuti.
Atau, dengan menghapus ribuan foto kebersamaan, ratusan tangkapan layar, pun lagu-lagu yang selalu membuatku mengingatmu lagi, dan lagi.
Dan dengan tidak lagi menyimpan barang-barang yang mengingatkanku padamu, bahkan sekecil tiket nonton yang tetap kusimpan sampai sekarang.
Tapi semua tak kulakukan, aku tetap terpaku, tertinggal diantara bangunan yang sudah lama roboh pondasinya.
Aku memilih untuk tetap tinggal, menikmati semua sakit, menjalani semua perih, dan mencoba berdamai dengan perlahan.
Aku tidak ingin memaksakan apa-apa, terlebih perihal melupakanmu, biar saja semua berlalu dengan semestinya, aku tak akan mengingkari rindu-rindu itu, rasa kehilangan itu, kekosongan itu, sakit itu, dan semuanya.
Biar saja aku tetap sesekali menangisi kenangmu, kenang yang akan senantiasa tersimpan, biar saja aku menyesali pergimu, menikmati sakitku.
Kelak aku akan terbiasa, tanpamu, tanpa kabarmu, tanpa semua tentangmu.
Sampai menghapus semua pesan, lalu foto, pun barang-barang itu kulakukan dengan sedia, tanpa sedetik pun ketidakrelaan, sepercik pun kesedihan, terlebih tangisan.
Lalu diantara seluruh rela aku akan mengingatmu dengan biasa-biasa saja, tanpa debar itu lagi, tanpa sakit itu lagi, pun bukan dengan rindu yang semenggebu dulu.
Sebab mengatakan aku akan melupakanmu adalah mustahil, sebab mencoba untuk melupakanmu adalah sia-sia. Aku ingin terbiasa, mencapai titik rela, lalu mengingatmu dengan biasa-biasa saja.
Kuala Lumpur , 28 February 2022
@SemuanyaTentangKamuu
Aku bisa apa
Ketika rindu itu hadir
Ketika rindu itu mengambil alih rasioku
Ketika rindu itu mensabotase hati dan fikiranku
Aku bisa apa
Ketika udara yang kusesap mendendangkan namamu
Ketika tarikan napas melukiskan namamu
Aku bisa apa
Ketika cinta begitu meraja
Tapi semua hanya rasa yang tak mampu kuceritakan pada semesta
Karena kamu bukan untukku
Kuala Lumpur, 11 Mac 2022
@Lucernas
Forwarded from ๐๐๐ง๐ญ๐๐ง๐ ๐๐๐ฆ๐ฎ๐ค๐
Bagaimana kabarmu? Masihkah pelangi berpendar di sudut pelupuk mata itu?
Masihkah lengkung di bibirmu merekah seperti senja yang sering ku lumat bersama kopi hingga petang tiba?
Aku harap iya, Hari ini awan gelap melahap lengangnya malam, angin mengusik seisi ruang kepala, menemukanmu disana, membias terlarut pada seduhan arabica.
Ini lamunan yang ke sekian, tentang kamu dan bayang-bayang kehilangan. Tentang memperjuangkan dan merelakan.
Malam ini tidak ada hujan, hanya sedikit sendu, terlalu banyak kamu pada awan kelabu yang ragu-ragu melepaskan rindu, aku membatu dalam bingkai jendela berwarna abu-abu.
Tentangmu?
mereka hidup dalam tempurung kepalaku.
Jangan rindu pada puisi-puisiku. Sebab aku ini bajingan paling melankolis yang mengagumimu. Hanya mengutuk serangkaian takdir yang sukarela merebut tawamu.
Ada begitu banyak yang ingin kuceritakan tentang lamunanku, pun tentang hujan yang selalu menjadi senjata tertajam untuk menghunuskan rindu di relung hatiku.
Kata-kata menjadi bisu, tak ada suara, ia hanya mengambang memenuhi dada, namun lancang merayu jemariku menuliskanmu, membuat rinduku makin tak tahu malu~
Entahlah
Aku lelah
@SemuanyaTentangKamuu
Masihkah lengkung di bibirmu merekah seperti senja yang sering ku lumat bersama kopi hingga petang tiba?
Aku harap iya, Hari ini awan gelap melahap lengangnya malam, angin mengusik seisi ruang kepala, menemukanmu disana, membias terlarut pada seduhan arabica.
Ini lamunan yang ke sekian, tentang kamu dan bayang-bayang kehilangan. Tentang memperjuangkan dan merelakan.
Malam ini tidak ada hujan, hanya sedikit sendu, terlalu banyak kamu pada awan kelabu yang ragu-ragu melepaskan rindu, aku membatu dalam bingkai jendela berwarna abu-abu.
Tentangmu?
mereka hidup dalam tempurung kepalaku.
Jangan rindu pada puisi-puisiku. Sebab aku ini bajingan paling melankolis yang mengagumimu. Hanya mengutuk serangkaian takdir yang sukarela merebut tawamu.
Ada begitu banyak yang ingin kuceritakan tentang lamunanku, pun tentang hujan yang selalu menjadi senjata tertajam untuk menghunuskan rindu di relung hatiku.
Kata-kata menjadi bisu, tak ada suara, ia hanya mengambang memenuhi dada, namun lancang merayu jemariku menuliskanmu, membuat rinduku makin tak tahu malu~
Entahlah
Aku lelah
24 Mac 2022 , Kuala Lumpur
@SemuanyaTentangKamuu
A Meeting With Rejection
I have been dealt with by rejection.
You may not really understand.
She gave me an uppercut
When I least expected it.
This is not fair; not fair a fight.
I was all clothed in expectation.
My face gleaming with vision
As I walked into that office.
Imagination is the only luxury
The poor can easily afford.
And dreams are a great treasure.
If you doubt; just ask around.
To be frank, I can afford both.
Dreams and imaginations and more.
But why did I not see it?
A glimpse of it in my dream.
Or at least carve a spot of it
In my imaginations when I had them.
And so I was turned down.
Slowly, rejection stripped me.
I watched as gently she removed them.
First it was my confidence.
And gradually my hope.
She struggled with my dream
And almost had it off me.
What a generous gesture it was;
Rejection rented a room for two.
Me and my roommate โ anxiety.
It was meant to be for two
But then she brought in a third.
So I had to put up with despair
Just as I was getting used to anxiety.
Now I am looking at my dream
Hanging helplessly on the wall
At that corner of the room
I share with despair and anxiety.
To be frank,
I wish I never had to meet rejection.
ะผะฐะน ัะตะฝ
@Lucernas
I have been dealt with by rejection.
You may not really understand.
She gave me an uppercut
When I least expected it.
This is not fair; not fair a fight.
I was all clothed in expectation.
My face gleaming with vision
As I walked into that office.
Imagination is the only luxury
The poor can easily afford.
And dreams are a great treasure.
If you doubt; just ask around.
To be frank, I can afford both.
Dreams and imaginations and more.
But why did I not see it?
A glimpse of it in my dream.
Or at least carve a spot of it
In my imaginations when I had them.
And so I was turned down.
Slowly, rejection stripped me.
I watched as gently she removed them.
First it was my confidence.
And gradually my hope.
She struggled with my dream
And almost had it off me.
What a generous gesture it was;
Rejection rented a room for two.
Me and my roommate โ anxiety.
It was meant to be for two
But then she brought in a third.
So I had to put up with despair
Just as I was getting used to anxiety.
Now I am looking at my dream
Hanging helplessly on the wall
At that corner of the room
I share with despair and anxiety.
To be frank,
I wish I never had to meet rejection.
ะผะฐะน ัะตะฝ
@Lucernas
๐1
I've killed
I'm crouching on the asphalt
Laughing maniacally under the pouring rain
When there's blood splattered on my shirt
I give no damn about it.
My thoughts running like madman.
I pick you as my solace but indeed,
You are no more than a poison.
I look at my hand, now with blood on it.
I smear them on my face reminding that i have killed .
Yes, i have killed. I killed the innocent part of me.
I murder her ever so brutally.
Slowly she crumble and never to be rise anymore
Zen
@Lucernas
I'm crouching on the asphalt
Laughing maniacally under the pouring rain
When there's blood splattered on my shirt
I give no damn about it.
My thoughts running like madman.
I pick you as my solace but indeed,
You are no more than a poison.
I look at my hand, now with blood on it.
I smear them on my face reminding that i have killed .
Yes, i have killed. I killed the innocent part of me.
I murder her ever so brutally.
Slowly she crumble and never to be rise anymore
.
Zen
@Lucernas