tgoop.com/JiwaTarbawi/1365
Last Update:
Namun jika mengatakannya kerana merasa perihatin, maka hal itu tidak mengapa.
(Al Azkar, hal. 566)
Dari Iyadh bin Himar RA berkata, Rasululllah ﷺ bersabda,
إِنَّ اللَّهَ تَعالى أوْحَى إليَّ أنْ تَوَاضَعُوا حتَّى لا يَبْغيَ أحَدٌ على أحَدٍ، وَلا يَفْخَرَ أحَدٌ على أحَدٍ
“Sesungguhnya Allah telah
mewahyukan kepadaku agar kamu saling merendah diri agar tidak ada seorang pun yang berbangga diri pada yang lain dan agar tidak seorang pun berlalu zalim pada yang lain.”
(HR Muslim,5109)
Antara punca yang menyebabkan seseorang kehilangan sifat tawadhu’nya adalah merasa hebat dengan ilmu yang dimiliki. Manusia yang merasakan dirinya memiliki ilmu, sering dengan mudah membodoh-bodohkan manusia. Walaupun kadangkala ilmunya tidak setara mana pun.
Al Hafiz Ibnu Rajab Al Hanbali berkata,
”Adapun tanda-tanda ilmu tidak bermanfaat adalah, seseorang tidak memiliki kesibukan kecuali takabbur dengan ilmunya di hadapan manusia. Dan menunjukkan kelebihan ilmunya kepada mereka. Serta merendahkan meraka, untuk meninggikan kedudukannya terhadap mereka. Ini merupakah hal yang terburuk dan paling menjijikkan dari yang diperolehi. Sehingga ia menisbahkan para ulama sebelumnya sebagai dengan kebodohan, kelalaian dan kealpaan.”
Kemudian beliau mengatakan,
”Adapun tanda-tanda ilmu bermanfaat adalah suu zhan ( bersangka buruk ) terhadap diri sendiri dan husnu zhan ( bersangka baik ) terhadap para ulama sebelumnya. Mengakui dalam hati dan jiwa terhadap kelebihan para ulama sebelum mereka dibanding dirinya dan ketidakmampuannya menyamai kedudukan mereka untuk sampai atau mendekati darjat mereka.”
(Shafhat min Shabri Al Ulama, hal. 378)
Justeru, belajarlah dari resam padi, semakin tunduk bila semakin berisi.
ABi
BY Jiwa Tarbawi
Share with your friend now:
tgoop.com/JiwaTarbawi/1365