O1. Wajib subs @ANTARIKSASCHOOL dan @OSISAERGLO O2. Bukan mata mata atau akun clone. O3. Niat untuk mengikuti seluruh kegiatan yang diadakan. O4. Tidak berada dalam kelas akhir atau H/L/D dalam waktu dekat. O5. Dapat berbaur dengan sesama murid dan seluruh staff Antariksa School. O5. Siap ditegur jika melakukan kesalahan. O6. Mematuhi peraturan yang ada di Antariksa School. O7. Sebar list opstud ke 5 lpm yang kamu punya. tidak punya lpm ? (@listlpm).
O1. Wajib subs @ANTARIKSASCHOOL dan @OSISAERGLO O2. Bukan mata mata atau akun clone. O3. Niat untuk mengikuti seluruh kegiatan yang diadakan. O4. Tidak berada dalam kelas akhir atau H/L/D dalam waktu dekat. O5. Dapat berbaur dengan sesama murid dan seluruh staff Antariksa School. O5. Siap ditegur jika melakukan kesalahan. O6. Mematuhi peraturan yang ada di Antariksa School. O7. Sebar list opstud ke 5 lpm yang kamu punya. tidak punya lpm ? (@listlpm).
In 2018, Telegram’s audience reached 200 million people, with 500,000 new users joining the messenger every day. It was launched for iOS on 14 August 2013 and Android on 20 October 2013. fire bomb molotov November 18 Dylan Hollingsworth yau ma tei During a meeting with the president of the Supreme Electoral Court (TSE) on June 6, Telegram's Vice President Ilya Perekopsky announced the initiatives. According to the executive, Brazil is the first country in the world where Telegram is introducing the features, which could be expanded to other countries facing threats to democracy through the dissemination of false content. The initiatives announced by Perekopsky include monitoring the content in groups. According to the executive, posts identified as lacking context or as containing false information will be flagged as a potential source of disinformation. The content is then forwarded to Telegram's fact-checking channels for analysis and subsequent publication of verified information.
from us