tgoop.com/dialektikasenja/6536
Last Update:
Ada kelegaan yang ditawarkan ketika membaca puisi-puisi Sapardi. Deskripsi suasana yang sederhana; konkret dan dekat, serta akhir yang lepas menggiring kita pada kesan, semuanya memang mesti lewat dan selesai.
Atau barangkali sebangun dengan konstruksi pemikiran Siddharta Gautama, dalam teropong Sapardi kehadiran dimunculkan tanpa arti. Di saat bersamaan, absensi berarti makna. Sulit? Ya, sebab ia adalah proses yang tak terproyeksikan. Tapi justru kesulitan logika, yang tak mampu menjangkaunya, mempersilakan rasa masuk dan menggiring pada perjalanan: duka, suka, jatuh cinta dan kemudian patah hati.
Kontradiktif, dalam puisinya Sapardi sering mengajak kita mengalami asmara. Tak sampai sedetik kemudian kita dijerembabkan kedalam keputusasaan. Pada titik ini ia hadir dengan panacea: mencintai berarti membiarkan semuanya lewat dan selesai.
— Kalabiru
BY Dialektika Senja
Share with your friend now:
tgoop.com/dialektikasenja/6536