Untuk mimpi-mimpi yang tersilap; maafkan.
Untuk harap-harap yang tak terwujud; maafkan.
Untuk rasa-rasa yang terpendam; maafkan.
Untuk batas-batas yang terlanggar; maafkan.
Untuk peluh-peluh yang terjatuh; maafkan.
Untuk sudut-sudut yang terpojok; maafkan.
Untuk saran-saran yang teremehkan; maafkan.
Untuk luka-luka yang belum tertutup; maafkan.
Untuk derita-derita yang haram usai; maafkan.
Untuk maki-maki yang tertancap; maafkan.
Untuk utang-utang yang tak terbayar; maafkan.
Untuk ingkar-ingkar yang tak berakar; maafkan.
Untuk tawa-tawa yang tertunda; maafkan.
Untuk rindu-rindu yang tak dapat segera kau tuai; maafkan.
Dan aku termangu di sini
Mengucap seribu maaf dalam seribu bahasa
Pada pelangi yang enggan muncul di air mukamu
Sekeras apapun kaunafikan
Salahku.
—Melpomene
Untuk harap-harap yang tak terwujud; maafkan.
Untuk rasa-rasa yang terpendam; maafkan.
Untuk batas-batas yang terlanggar; maafkan.
Untuk peluh-peluh yang terjatuh; maafkan.
Untuk sudut-sudut yang terpojok; maafkan.
Untuk saran-saran yang teremehkan; maafkan.
Untuk luka-luka yang belum tertutup; maafkan.
Untuk derita-derita yang haram usai; maafkan.
Untuk maki-maki yang tertancap; maafkan.
Untuk utang-utang yang tak terbayar; maafkan.
Untuk ingkar-ingkar yang tak berakar; maafkan.
Untuk tawa-tawa yang tertunda; maafkan.
Untuk rindu-rindu yang tak dapat segera kau tuai; maafkan.
Dan aku termangu di sini
Mengucap seribu maaf dalam seribu bahasa
Pada pelangi yang enggan muncul di air mukamu
Sekeras apapun kaunafikan
Salahku.
—Melpomene
Perpustakaan dapat membuatmu merasa menjadi orang paling kecil dan naif sedunia. Kamu duduk sendiri di kursi yang dingin sejak kemarin, dikelilingi catatan-catatan pengembaraan miliaran tahun yang mustahil kauulangi sendiri pada sebentar hidupmu. Membalik lembar demi lembar buku di hadapanmu, lalu tersadar, ilmumu bahkan tiada setebal itu atas tiap serat kertasnya. Kita memahami bahwa hidup selalu berlari memutar pada paradoks Socrates, tapi rasa ingin tahu adalah dahaga dari Sahara—ia harus diairi agar tak mati.
—Melpomene
—Melpomene
[ maybe i love too hard and i expect too much ]
i know from the start that i am not your number one priority, and i never will. however, a fool like me is always hoping for a miracle to come where you put me on top. i once said, "i just want to make you my priority, it's okay if you don't do the same." i wonder, if i didn't say it that day, would you still be with me?
you tell me you love me, and i do feel loved, but sometimes a part of me is hard to accept that fact. like, why can you go living a day without dropping a word for me? sometimes i wonder if what i ask for is too much, but is it? come again, it's not like i can make you love me more than i love you.
if only i could love you a little less.
— Pentanol
#SuaraPentanol
i know from the start that i am not your number one priority, and i never will. however, a fool like me is always hoping for a miracle to come where you put me on top. i once said, "i just want to make you my priority, it's okay if you don't do the same." i wonder, if i didn't say it that day, would you still be with me?
you tell me you love me, and i do feel loved, but sometimes a part of me is hard to accept that fact. like, why can you go living a day without dropping a word for me? sometimes i wonder if what i ask for is too much, but is it? come again, it's not like i can make you love me more than i love you.
if only i could love you a little less.
— Pentanol
#SuaraPentanol
Aku membunuh anakku pagi tadi
Ia disebut jadah
Ingin tapi enggan
Merah hangat hingga menila
Lahir dini kemudian mati balapan dengan matahari
Carut marut
Direnggut
Aku melihat aku
Pada tahi lalat di dahi yang kukoyak
Pada binar di manik mata yang kulinggis keduanya
Bahkan darahnya beraroma madu
Lantas kujadikan arak untuk kutenggak barang lima-sepuluh tahun mendatang
Mabuk biarlah mabuk
Biar mampus aku diburu bayang
Tak pernah indah setelahnya, sayang!
Dikurung dalam tempurung
Seperti haram mujur garis tanganku
Hingga saban malam yang lekang dari iman
Tak ada alamat lagi bagi doa-doaku
Ia datang
Ia datang
Ia datang
Aku menusuk diriku sendiri
Ia datang
Ia datang
Ia datang
Si sulung mencegahku bunuh diri
Ia datang
Ia datang
Ia datang
Pada akhirnya tak ada lagi tanggul
Tak apa sayangku, kemarilah
Jangan kausimpan dendam itu
Abadilah dalam anganku
Bajingan yang tega mencabikmu
—Melpomene
Ia disebut jadah
Ingin tapi enggan
Merah hangat hingga menila
Lahir dini kemudian mati balapan dengan matahari
Carut marut
Direnggut
Aku melihat aku
Pada tahi lalat di dahi yang kukoyak
Pada binar di manik mata yang kulinggis keduanya
Bahkan darahnya beraroma madu
Lantas kujadikan arak untuk kutenggak barang lima-sepuluh tahun mendatang
Mabuk biarlah mabuk
Biar mampus aku diburu bayang
Tak pernah indah setelahnya, sayang!
Dikurung dalam tempurung
Seperti haram mujur garis tanganku
Hingga saban malam yang lekang dari iman
Tak ada alamat lagi bagi doa-doaku
Ia datang
Ia datang
Ia datang
Aku menusuk diriku sendiri
Ia datang
Ia datang
Ia datang
Si sulung mencegahku bunuh diri
Ia datang
Ia datang
Ia datang
Pada akhirnya tak ada lagi tanggul
Tak apa sayangku, kemarilah
Jangan kausimpan dendam itu
Abadilah dalam anganku
Bajingan yang tega mencabikmu
—Melpomene
Teruntuk lelaki yang pernah berkata bahwa saya adalah poros hidupnya...
Kata kamu, saya seperti Matahari yang paling mempengaruhi kehidupan di Bumi. Kata kamu, saya seperti Matahari yang selalu bersinar dan memancarkan cahaya terang. Kata kamu, saya seberharga Matahari.
Kalau saya seperti Matahari, saya tidak mungkin membutuhkan orang lain, Tuan. Saya tidak mungkin membutuhkan kamu yang hanya menganggap dirimu seperti Pluto.
Lalu saya mengelak, memutarbalikkan semua ucapanmu. Kamu ini Matahari. Sedangkan saya hanya Pluto, sudah tidak dianggap lagi di peredaran. Apalagi di duniamu. Namun, kamu tidak sependapat dengan analogi yang saya paparkan.
Kamu dan saya sama-sama Matahari, Tuan. Namun, dua bintang tidak dapat berjalan beriringan. Sekarang saya tawarkan kamu berpindah galaksi. Menjadi Matahari pada tata suryamu sendiri. Kamu punya cahaya yang lebih terang dari cahaya yang saya miliki.
Pergi dari hidup saya. Jangan kembali. Sebab, dua bintang yang bertabrakan akan melukai satu sama lain nantinya.
Cukup berspekulasi tentang saya dan kamu. Karena saya dan kamu sama-sama tidak mengerti apa yang ada di dalam pikiran kita satu sama lain.
Dari saya, yang tidak pernah mengerti apa yang tengah terjadi di antara kita.
— Alphalyra, 2017
#KataAlphalyra
Kata kamu, saya seperti Matahari yang paling mempengaruhi kehidupan di Bumi. Kata kamu, saya seperti Matahari yang selalu bersinar dan memancarkan cahaya terang. Kata kamu, saya seberharga Matahari.
Kalau saya seperti Matahari, saya tidak mungkin membutuhkan orang lain, Tuan. Saya tidak mungkin membutuhkan kamu yang hanya menganggap dirimu seperti Pluto.
Lalu saya mengelak, memutarbalikkan semua ucapanmu. Kamu ini Matahari. Sedangkan saya hanya Pluto, sudah tidak dianggap lagi di peredaran. Apalagi di duniamu. Namun, kamu tidak sependapat dengan analogi yang saya paparkan.
Kamu dan saya sama-sama Matahari, Tuan. Namun, dua bintang tidak dapat berjalan beriringan. Sekarang saya tawarkan kamu berpindah galaksi. Menjadi Matahari pada tata suryamu sendiri. Kamu punya cahaya yang lebih terang dari cahaya yang saya miliki.
Pergi dari hidup saya. Jangan kembali. Sebab, dua bintang yang bertabrakan akan melukai satu sama lain nantinya.
Cukup berspekulasi tentang saya dan kamu. Karena saya dan kamu sama-sama tidak mengerti apa yang ada di dalam pikiran kita satu sama lain.
Dari saya, yang tidak pernah mengerti apa yang tengah terjadi di antara kita.
— Alphalyra, 2017
#KataAlphalyra
[ when you love someone, you just want to do your best ]
i loved him so i let him have my heart
i loved him so i told him my weakness
i loved him so i trusted him
i loved him so i gave him time and space
i loved him so i tried to understand him
i loved him so i put myself second
i loved him so i thought he would love me too
i loved him so i asked him, "where do you want to bring our relationship to?"
i loved him so i never asked again when he stopped replying
i loved him so i let him go
day 486
— Pentanol
#SuaraPentanol
i loved him so i let him have my heart
i loved him so i told him my weakness
i loved him so i trusted him
i loved him so i gave him time and space
i loved him so i tried to understand him
i loved him so i put myself second
i loved him so i thought he would love me too
i loved him so i asked him, "where do you want to bring our relationship to?"
i loved him so i never asked again when he stopped replying
i loved him so i let him go
day 486
— Pentanol
#SuaraPentanol
Biar selalu menjadi rahasia.
Betapa dalamnya aku terjatuh pada kabar-kabar tak tertanya. Bagaimana pipiku menghangat setiap kali mata kita beradu lantas aku berkilah. Pun kupu-kupu yang menguasai rongga dadaku sekali waktu jemarimu bersentuhan dengan kepunyaanku.
Telah kulalui, Kasih.
Dua puluh empat purnama yang tak pernah menjanjikan.
Kau takkan tahu.
Hingga masa berganti asa, hingga ‘aku’ dan ‘kau’ tak lagi jadi perihal.
Barangkali di sanalah tempatnya—hal-hal yang luput kaubaca.
Ketika rembulan naik takhta, binatang-binatang malam menjadi serdadu, sedang semilir angin malam menjadi anak panah.
Namun, bibirku tak kelu, ia masih mampu merapalkan namamu.
Tak pernah ada keraguan di situ.
Aku
menemukan
kekuatan.
—Melpomene
Betapa dalamnya aku terjatuh pada kabar-kabar tak tertanya. Bagaimana pipiku menghangat setiap kali mata kita beradu lantas aku berkilah. Pun kupu-kupu yang menguasai rongga dadaku sekali waktu jemarimu bersentuhan dengan kepunyaanku.
Telah kulalui, Kasih.
Dua puluh empat purnama yang tak pernah menjanjikan.
Kau takkan tahu.
Hingga masa berganti asa, hingga ‘aku’ dan ‘kau’ tak lagi jadi perihal.
Barangkali di sanalah tempatnya—hal-hal yang luput kaubaca.
Ketika rembulan naik takhta, binatang-binatang malam menjadi serdadu, sedang semilir angin malam menjadi anak panah.
Namun, bibirku tak kelu, ia masih mampu merapalkan namamu.
Tak pernah ada keraguan di situ.
Aku
menemukan
kekuatan.
—Melpomene
Puisi ialah peta dan kau ialah jalanan lengang yang ingin aku susuri. Tanpa peta, tanpa tahu arah. Izinkan aku menyusuri setiap inci arahnya tanpa alas kaki. Biarkan aku tersesat di dalamnya tanpa tahu jalan keluar.
Takkan kuperhatikan suar yang memandu jalanku. Takkan kuhiraukan kicau nyaring burung pemberi petunjuk. Biarkan aku sendiri yang memberi jejak dengan memerdu namamu pada setiap langkah yang aku tempuh.
Hingga reda. Hingga reda seluruh kobar api dalam dadaku yang mana ia selalu mendetakkan namamu. Hingga reda seluruh harap yang setiap kali kupanjatkan selalu ada kau di dalamnya.
Hingga aku sadar, bahwa jalan yang kususuri telah habis, bahwa kau telah pergi dengan cara paling sadis.
— Alphalyra, #KataAlphalyra [2024]
Takkan kuperhatikan suar yang memandu jalanku. Takkan kuhiraukan kicau nyaring burung pemberi petunjuk. Biarkan aku sendiri yang memberi jejak dengan memerdu namamu pada setiap langkah yang aku tempuh.
Hingga reda. Hingga reda seluruh kobar api dalam dadaku yang mana ia selalu mendetakkan namamu. Hingga reda seluruh harap yang setiap kali kupanjatkan selalu ada kau di dalamnya.
Hingga aku sadar, bahwa jalan yang kususuri telah habis, bahwa kau telah pergi dengan cara paling sadis.
— Alphalyra, #KataAlphalyra [2024]
Andai saja kau tahu, aku hampir berulang kali menyapamu kembali, mencari tahu kabarmu, melihat foto-fotomu, menggali topik-topik pembicaraan agar kita kembali berbicara. Percayalah, aku hampir; meski untungnya tidak jadi kulakukan.
— Brian Khrisna
— Brian Khrisna
Tak sengaja aku melihat senyum itu lagi. Kita sudah sangat asing sekarang. Dua asing yang membawa rahasia masing-masing.
Kau sudah bahagia di sana, dan aku hanya bisa memalingkan wajah lalu menjalani hidup seperti biasa.
— Brian Khrisna
Kau sudah bahagia di sana, dan aku hanya bisa memalingkan wajah lalu menjalani hidup seperti biasa.
— Brian Khrisna
Salah satu perpisahan yg paling menyakitkan adalah ketika kamu mengetahui bahwa ketika kelak kamu bertemu lagi, menyapa sudah tidak akan terasa sama.
— Brian Khrisna
— Brian Khrisna
Ternyata cahaya itu masih ada. Menerpa sebagai teman bicara, menguapkan lara, menggariskan muara.
Berkumpul sebagai museum di hati, menunggu dikunjungi atau dibiarkan mati.
— Wira Nagara
Berkumpul sebagai museum di hati, menunggu dikunjungi atau dibiarkan mati.
— Wira Nagara
Bisa jadi kau membuat seseorang tertarik atas banyak hal, kemudian waktu berlalu, dia masih tertarik pada hal itu namun sudah tidak tertarik kepadamu.
— Wira Nagara
— Wira Nagara
Hari ini berat. Berat sekali. Melihat genosida berlangsung sementara dunia diam. Melihat orang-orang pasrah karena tahu perlindungan terakhirnya dihancurkan. Yang paling sakit adalah melihat anak kehilangan orang tua, dan orang tua kehilangan anaknya. Hari ini berat. Berat sekali.
— Fiersa Besari
— Fiersa Besari
Hari itu aku ke Kedai Lentera: duduk dan memesan minuman dengan serai. Melamun, kutangkap bayangan –dengan seorang yang tak asing– berkelebat.
Hari itu aku ke Kedai Lentera: duduk dan memesan minuman dengan serai. Ah, hanya tinggal satu janji. Setelahnya selesai.
— Kalabiru
Hari itu aku ke Kedai Lentera: duduk dan memesan minuman dengan serai. Ah, hanya tinggal satu janji. Setelahnya selesai.
— Kalabiru
Ada kelegaan yang ditawarkan ketika membaca puisi-puisi Sapardi. Deskripsi suasana yang sederhana; konkret dan dekat, serta akhir yang lepas menggiring kita pada kesan, semuanya memang mesti lewat dan selesai.
Atau barangkali sebangun dengan konstruksi pemikiran Siddharta Gautama, dalam teropong Sapardi kehadiran dimunculkan tanpa arti. Di saat bersamaan, absensi berarti makna. Sulit? Ya, sebab ia adalah proses yang tak terproyeksikan. Tapi justru kesulitan logika, yang tak mampu menjangkaunya, mempersilakan rasa masuk dan menggiring pada perjalanan: duka, suka, jatuh cinta dan kemudian patah hati.
Kontradiktif, dalam puisinya Sapardi sering mengajak kita mengalami asmara. Tak sampai sedetik kemudian kita dijerembabkan kedalam keputusasaan. Pada titik ini ia hadir dengan panacea: mencintai berarti membiarkan semuanya lewat dan selesai.
— Kalabiru
Atau barangkali sebangun dengan konstruksi pemikiran Siddharta Gautama, dalam teropong Sapardi kehadiran dimunculkan tanpa arti. Di saat bersamaan, absensi berarti makna. Sulit? Ya, sebab ia adalah proses yang tak terproyeksikan. Tapi justru kesulitan logika, yang tak mampu menjangkaunya, mempersilakan rasa masuk dan menggiring pada perjalanan: duka, suka, jatuh cinta dan kemudian patah hati.
Kontradiktif, dalam puisinya Sapardi sering mengajak kita mengalami asmara. Tak sampai sedetik kemudian kita dijerembabkan kedalam keputusasaan. Pada titik ini ia hadir dengan panacea: mencintai berarti membiarkan semuanya lewat dan selesai.
— Kalabiru
Proses saya sembuh, bukan hakmu untuk menilai. Begitu pun sebaliknya. Perjalanan yang kau lalui, belum tentu saya mengerti. Kita berduka dengan cara masing-masing, tak perlu saling membanding-banding. Karena terakhir kali saya cek, bersedih tidak ada jangka waktunya.
— Fiersa Besari
— Fiersa Besari
Kita sering melihat seseorang harus menyerah, melepaskan mimpi untuk kemudian menjalani hidup yang tidak mereka mau. Tapi, kita lupa bahwa di luar sana, ada juga seseorang yang harus bertahan, menjalani mimpi yang tak lagi sama, mencintai sesuatu yang tak lagi ada.
— Fiersa Besari
— Fiersa Besari