DAMUFM Telegram 17526
“Orang yang paling keras siksanya di hari kiamat adalah seorang alim yang tidak mendapatkan manfaat dari ilmunya.”

Keprihatinan Imam Al-Ghazali:

Demi Allah,
alasanmu bersikeras dalam kritik itu tidak lain adalah karena penyakit yang telah menyebar di kalangan banyak orang, bahkan menjadi sifat umum masyarakat. Penyakit itu adalah ketidakmampuan memahami hakikat perkara ini,
serta kebodohan terhadap pentingnya mempersiapkan diri menghadapi akhirat.

Karena sesungguhnya, urusan ini sangat serius:
• Akhirat semakin dekat, sementara dunia semakin menjauh.
• Kematian sudah dekat,
sedangkan perjalanan (menuju akhirat) sangat jauh.
• Bekal yang dimiliki sangat sedikit, bahaya yang mengancam sangat besar,
dan jalan menuju keselamatan penuh rintangan.

Segala amal,
kecuali yang murni karena Allah Ta’ala,
akan ditolak oleh Allah yang Maha Adil.
Maka,
menempuh jalan akhirat tanpa panduan atau teman adalah pekerjaan yang sangat melelahkan dan sulit.

Kritik terhadap Ulama yang Lalai:

Adapun para pemandu jalan itu adalah para ulama,
yang menjadi pewaris para nabi.
Namun sayangnya,
zaman telah kosong dari mereka.
Yang tersisa hanyalah mereka yang hanya mengikuti bentuk lahiriah saja (tanpa esensi ilmu yang sejati). Kebanyakan dari mereka telah dikuasai oleh setan dan ditipu oleh nafsu.

Mereka sibuk mengejar kenikmatan dunia, sehingga mereka menganggap yang ma’ruf sebagai mungkar dan yang mungkar sebagai ma’ruf. Akibatnya,
ilmu agama pun mulai hilang dan petunjuk kebenaran semakin pudar di berbagai penjuru bumi.

Kesimpulan:
Imam Al-Ghazali menulis kitab Ihya Ulumuddin untuk membangkitkan kembali ilmu-ilmu agama yang mulai ditinggalkan.
Beliau ingin menjawab kritik terhadap usahanya ini,
sekaligus memperingatkan bahaya kesesatan yang terjadi ketika ulama tidak menjalankan fungsinya dengan benar.
Dalam kitab ini,
beliau mengajak setiap Muslim untuk kembali kepada ilmu dan amal yang murni karena Allah,
sebagai bekal menuju akhirat.



tgoop.com/Damufm/17526
Create:
Last Update:

“Orang yang paling keras siksanya di hari kiamat adalah seorang alim yang tidak mendapatkan manfaat dari ilmunya.”

Keprihatinan Imam Al-Ghazali:

Demi Allah,
alasanmu bersikeras dalam kritik itu tidak lain adalah karena penyakit yang telah menyebar di kalangan banyak orang, bahkan menjadi sifat umum masyarakat. Penyakit itu adalah ketidakmampuan memahami hakikat perkara ini,
serta kebodohan terhadap pentingnya mempersiapkan diri menghadapi akhirat.

Karena sesungguhnya, urusan ini sangat serius:
• Akhirat semakin dekat, sementara dunia semakin menjauh.
• Kematian sudah dekat,
sedangkan perjalanan (menuju akhirat) sangat jauh.
• Bekal yang dimiliki sangat sedikit, bahaya yang mengancam sangat besar,
dan jalan menuju keselamatan penuh rintangan.

Segala amal,
kecuali yang murni karena Allah Ta’ala,
akan ditolak oleh Allah yang Maha Adil.
Maka,
menempuh jalan akhirat tanpa panduan atau teman adalah pekerjaan yang sangat melelahkan dan sulit.

Kritik terhadap Ulama yang Lalai:

Adapun para pemandu jalan itu adalah para ulama,
yang menjadi pewaris para nabi.
Namun sayangnya,
zaman telah kosong dari mereka.
Yang tersisa hanyalah mereka yang hanya mengikuti bentuk lahiriah saja (tanpa esensi ilmu yang sejati). Kebanyakan dari mereka telah dikuasai oleh setan dan ditipu oleh nafsu.

Mereka sibuk mengejar kenikmatan dunia, sehingga mereka menganggap yang ma’ruf sebagai mungkar dan yang mungkar sebagai ma’ruf. Akibatnya,
ilmu agama pun mulai hilang dan petunjuk kebenaran semakin pudar di berbagai penjuru bumi.

Kesimpulan:
Imam Al-Ghazali menulis kitab Ihya Ulumuddin untuk membangkitkan kembali ilmu-ilmu agama yang mulai ditinggalkan.
Beliau ingin menjawab kritik terhadap usahanya ini,
sekaligus memperingatkan bahaya kesesatan yang terjadi ketika ulama tidak menjalankan fungsinya dengan benar.
Dalam kitab ini,
beliau mengajak setiap Muslim untuk kembali kepada ilmu dan amal yang murni karena Allah,
sebagai bekal menuju akhirat.

BY Umar Soleh Al Hamid


Share with your friend now:
tgoop.com/Damufm/17526

View MORE
Open in Telegram


Telegram News

Date: |

1What is Telegram Channels? Your posting frequency depends on the topic of your channel. If you have a news channel, it’s OK to publish new content every day (or even every hour). For other industries, stick with 2-3 large posts a week. A Telegram channel is used for various purposes, from sharing helpful content to implementing a business strategy. In addition, you can use your channel to build and improve your company image, boost your sales, make profits, enhance customer loyalty, and more. Other crimes that the SUCK Channel incited under Ng’s watch included using corrosive chemicals to make explosives and causing grievous bodily harm with intent. The court also found Ng responsible for calling on people to assist protesters who clashed violently with police at several universities in November 2019. In the “Bear Market Screaming Therapy Group” on Telegram, members are only allowed to post voice notes of themselves screaming. Anything else will result in an instant ban from the group, which currently has about 75 members.
from us


Telegram Umar Soleh Al Hamid
FROM American